Archive for Islami

Puisi Rindu untuk Abah Guru

17 tahun sudah Abah Guru Sekumpul menghadap Ilahi Rabbi, tapi di hati pecintanya beliau tak pernah beranjak pergi. Dekat, tapi tak bersentuhan. Dekat, tapi selalu dirindukan.

Peringatan haul beliau di tiap tahunnya selalu dibanjiri jamaah. Ada jutaan orang yag rindu, ada jutaan orang yang kehilangan. Dan ketika haul ini ditiadakan dalam tiga tahun terakir (karena pandemi), ada banyak ungkapan kerinduan di lisan dan sikap para pecinta beliau.

Masing-masing memiliki cara mengekspresikan kerinduan. Ada yang mengirimkan do’a dari kejauhan, ada yang merekatkan bunga di foto beliau yang digantung di dinding kediaman, ada pula yang menuliskan cerita Abah Guru sebagai kenangan.

Walhasil, ada banyak cara mengekspresikan kerinduan. Membukukan puisi para pecinta ini pun hanya sebentuk menampung ungkapan rindu yang berserak, yang mungkin ungkapan itu kerap disisipkan pemiliknya pada setiap munajat kepada Tuhan.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Kalau Bukan Karena Cinta (Retrospektip Haul Guru Sekumpul ke-13)

28619643_1560555584042436_3845635359013337680_o

Kalau bukan karena Cinta, tidak mungkin ribuan orang melantunkan tahlil dan tasbih, menangis sesegukan, bertahan berjam-jam sedari subuh, bertarung melawan panas menyengat langit Sekumpul, Kota Martapura Provinsi Kalimantan Selatan, di hari itu.

Kalau bukan karena Cinta, mustahil lantunan do’a dan shalawat menyesap udara seperti dengung lebah. Gelombang jamaah yang hendak menyalati susah dihentikan. Mereka berdiri memadati ruangan dalam mushala Ar-Raudhah sampai pekarangan. Jenazah beliau bagai magnet. Ribuan mata dan perhatian pelayat tertuju kepadanya. Mereka semua memberikan penghormatan terakhir. Ribuan masyarakat dari seantero penjuru negeri berduyun-duyun menyaksikan prosesi pemakaman.

Jenazah yang mulia itu kemudian dihantar ke tempat peristirahatan terakhir, di komplek pemakaman yang tidak jauh dari mushalla Ar-Raudhah. Hari Rabu 10 Agustus 2005, bertepatan dengan 5 Rajab 1426 H, ulama besar yang punya kualitas sosok waratsatul anbiya (pewaris Nabi) telah dipanggil Sang Khaliq. Beliau Al-Mukarram KH.Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau yang akrab kita panggil Abah Guru Sekumpul, seorang ulama besar terkenal di Kalimantan.

Bumi Banjar berduka pada saat itu, betapa tidak seorang putra terbaiknya yang selama ini menjadi panutan, rujukan bahkan “idola” umat telah berpulang ke rahmatullah, menghadap Ilahi Rabbi.

Lantas kini, kalau bukan karena cinta, rasanya tidak mungkin ratusan ribu bahkan diperkirakan satu juta lebih jamaah berhadir pada kegiatan Haul Abah Guru Sekumpul yang ke-13 di Sekumpul, Kota Martapura. Mereka tidak hanya memadati kubah Makam dan komplek sekitar Mushala Ar-Raudhah,namun juga menyeruak ke rumah-rumah warga sekitar dan seluruh jalan hingga ke jalan-jalan raya.

Lautan jamaah ini datang dari berbagai penjuru, ada yang dari Kalsel, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Jatim, Jabar, Jateng, Jakarta hingga Malaysia, Brunei, Yaman dan Turki. Haul ulama kharismatik Kalimantan Selatan ini selain untuk mengenang sosok Sang Auliya juga menjadi ajang silaturahmi umat Islam di Bumi Lambung Mangkurat.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Merajut Profesionalitas dan Integritas Kementerian Agama (Refleksi HAB Kemenag RI ke-67)

hab kemenag 67

Kementerian Agama (Kemenag) pada tahun 2013 telah memasuki usia yang ke -67 sejak lahir pada tanggal 3 Januari 1946. Pada prinsipnya kementerian ini mempunyai tugas penting yang membawahi semua problematika keagamaan di tanah air ini. Tugas pokok tersebut sebagaimana tercantum dalam Keppres No. 45 tahun 1974 lampiran 14, Bab I Pasal 2 adalah menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintah dan pembangunan di bidang agama.

Tugas ini diperkuat lagi dalam GBHN 1993 bahwa asas pembangunan nasional di antaranya adalah agama (keimanan dan ketakwaan); artinya dalam konteks keindonesiaan agama merupakan aspek yang menyatu dalam semua lapis aktivitas setiap warga bangsa untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Tugas ini juga merupakan bentuk konkret pengamalan Pancasila; Sila pertama yaitu, ”Ketuhanan Yang Maha Esa” dan pengamalan UUD 1945 Bab XI Pasal 29 ayat l “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ayat 2 “Negaraa menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Kemenag mempunyai banyak tugas di antaranya; pelayanan haji, zakat dan wakaf, nikah, talak dan rujuk, pelayanan dakwah (penyuluh agama), pendidikan agama dan keagamaan (madrasah dan pesantren), pembinaan ormas keagamaan, dan peradilan agama. Tugas tersebut merupakan tantangan Kemenag yang sangat berat manakala di tubuh pejabat internal Kemenag sendiri tidak mampu melaksanakan tugas secara profesional dan penuh integritas.

Read the rest of this entry »

Comments (4)

Wisata Religi, Alternatif Liburan Warga Banua

mesjid-mtp

Kebudayaan Indonesia diilhami oleh  banyak hal, di antaranya adalah nilai-nilai agama. Bersatunya nilai agama dalam kebudayaan melahirkan tradisi keagamaan yang salah satunya berwujud “ziarah”. Ziarah memiliki tradisi panjang dalam sejarah perkembangan agama Islam. Dalam perjalanannya, perilaku keagamaan ini sempat dikecam karena dianggap sebagai praktek syirik.

Tradisi ziarah ini tidak hanya monopoli umat Islam. Umat agama lain juga memiliki tempat-tempat ziarah suci. Antusiasme masyarakat mengunjungi tempat-tempat “sakral” menjadikan ziarah tidak hanya urusan ritual keagamaan, tetapi lebih mirip wisata. Sudah ada unsur ekonomi, sosial dan budaya. Kegiatan ini populer disebut dengan “wisata religi” atau wisata rohani. Kegiatan ini bagi masyarakat tertentu sudah dilakukan turun-temurun.

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, tak terkecuali peninggalan di bidang keagamaan yang meliputi semua agama yang ada di Indonesia. Peninggalan atau situs-situs tersebut termanifestasikan dalam berbagai bentuk, seperti makam (yang memiliki nilai tersendiri dalam masyarakat), bangunan-bangunan seperti masjid, gereja atau candi yang semuanya menjadi saksi kebesaran sejarah bangsa Indonesia.

Kalimantan Selatan sendiri memiliki beragam destinasi wisata religi yang menarik dan sarat nilai sejarah. Mesjid Raya Sabilal Muhtadin, Mesjid Agung Al-Karomah Martapura, Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kelampaian), Makam KH. Zaini Ghani (Guru Sekumpul) Martapura, Mesjid dan Makam Sultan Suriansyah, Makam Datu Sanggul, Makam Datu Nuraya di Tatakan Rantau, dan lain-lain yang selalu dikunjungi puluhan ribu peziarah setiap tahunnya. Keberadaan tempat-tempat tersebut jelas merupakan sebuah potensi wisata religi di Tanah Banjar dan bisa menjadi alternatif untuk mengisi liburan akhir pekan, libur sekolah atau tahun baru.

Menikmati wisata religi di Kalimantan Selatan, tidak lengkap tanpa mengunjungi Mesjid Sultan Suriansyah. Mesjid bersejarah yang merupakan mesjid tertua di Kalimantan Selatan. Mesjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Mesjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Bersama Pusaran Sekumpul

guru sekumpul mtp

Menatap sosok teduh di foto itu, saya membayangkan beliau masih berada di antara kita. Di sela ratusan orang yang memadati jamaah pengajian dan maulid yang rutin diadakan, di komplek Sekumpul, Martapura Kalimantan Selatan. Tapi hari itu lain. Ribuan orang melantunkan shalawat, menangis sesegukan, bertahan berjam-jam sedari subuh, bertarung melawan panas menyengat langit Sekumpul, Martapura.

Saya tak hendak mengulang memori itu, seperti sebelum hari ini. Tapi bayangan-bayangan itu berkelebat dari otak. Duhai… saksikan, dengarkan tahlil dan tahmid mereka, saat tubuh Sang Aulia disongsong beramai-ramai.

Ya, hari itu. Tak bisa persis saya ceritakan siapa saja yang hadir. Di dalam mushala, menunggu beratus kiai sepuh dan habaib, yang akan memimpin shalat jenazah. Doa dan lantunan shalawat melantun di udara seperti dengung lebah. Gelombang jamaah yang hendak menyalati susah dihentikan. Mereka berdiri memadati ruangan dalam mushala sampai pekarangan.

Jenazah beliau bagai magnet. Ribuan mata dan perhatian pelayat tertuju kepadanya. Mereka semua memberikan penghormatan terakhir. Ribuan masyarakat dari seantero penjuru negeri berduyun-duyun menyaksikan pemakaman.

Jenazah yang mulia itu kemudian dihantar ke tempat peristirahatan terakhir, di kompleks pemakaman yang tidak jauh dari mushalla Ar-Raudhah, berkumpul dengan makam almarhum KH Seman Jalil, kemudian paman beliau Alimul fadhil KH Seman Mulia,dan makam ibu beliau yang telah lebih dulu menghadap Sang Pencipta.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Waspada, Prostitusi Terselubung di Banua

no prostitusion

Kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan beberapa waktu terakhir menjadi pusat perhatian dalam kesan yang negatif. Kota “seribu sungai” yang selama ini dianggap bersetia pada nilai-nilai luhur dan religius, telah tercemari peradaban hedonis berkedok bisnis prostitusi terselubung.

Rasanya masih segar dalam ingatan, pemberitaan kasus prilaku seks bebas di kalangan remaja banua yang disinyalir mengalami kenaikan drastis dibandingkan data tahun-tahun sebelumnya. (Radar Banjarmasin,12/3/2012). Kini publik banua kembali dibuat tersentak. Seperti ramai diberitakan media lokal, pihak kepolisian berhasil mengungkap jaringan prostitusi kelas kakap berskala nasional beromzet jutaan rupiah. Para mucikari dan pekerja seks komersil (PSK)-nya tersebar di enam kota besar di Indonesia, dan salah satu jaringannya ada di Banjarmasin. (Radar Banjarmasin, 12/9/2012).

Bisnis pelacuran ini dikendalikan dari Surabaya dan Denpasar oleh seorang perempuan bernama Yunita alias Keyko (34 tahun). Dia menjalankan bisnis esek-esek tersebut secara online, dan mengklaim sudah memiliki jaringan mucikari di sejumlah kota yang sanggup menyediakan jasa PSK sesuai pesanan dengan tarif kencan yang dipatok relatif mahal, yang tentu ‘hanya’ bisa dinikmati kalangan menengah ke atas atau para ‘pejabat’.

Di banua sendiri, setidaknya menurut data yang terungkap, terdapat dua mucikari jaringan Keyko dengan jumlah anak buah tergolong fantastis, ratusan orang. Menandakan bisnis ini sudah menggurita di Tanah Banjar. Data yang membuat kita ”merinding” bisa jadi menunjukkan angka lebih besar, karena memang yang muncul ke permukaan hanyalah segelintir.  Ibarat fenomena gunung es, di bawahnya masih lebih banyak dan bahkan lebih ‘mengenaskan’ yang mewarnai banua ini. Lampu kuning untuk kita semua.

Read the rest of this entry »

Comments (1)

Mengaji; Ikhtiar Meneguhkan Kearifan Lokal Banjar

Mengaji

Beberapa waktu terakhir, kita menyaksikan semangat umat Islam di Tanah Banjar yang luar biasa dalam membangun tempat peribadahan. Masjid dan langgar hadir di mana-mana. Tidak sulit bagi seorang musafir setiap kali ingin melaksanakan shalat fardhu ketika tiba waktunya.

Konsekuensi logis secara kasat mata, banua kita Kalimantan Selatan disebut sebagai bumi seribu masjid. Hingga tahun 2009 lalu, jumlah tempat ibadah umat muslim di daerah ini mencapai 2.368 buah. Itu data yang terdaftar di Kementrian Agama Kalsel. Sedangkan tempat ibadah seperti langgar dan mushala, jumlahnya sudah tak terhitung lagi, berlipat-lipat kali dari jumlah masjid.

Tetapi, pertanyaan mendasar yang kemudian menyeruak di hadapan saya, dan mungkin Sampeyan semua adalah: seberapa jauh, masjid (dan langgar) itu berfungsi secara maksimal bagi masyarakat sekitarnya? Pertanyaan ini menjadi penting dikemukakan, karena ada gejala penyempitan dan pendangkalan makna dan fungsi masjid yang genuine bagi kehidupan masyarakat banua.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Spirit Qur’ani untuk Kejayaan Banua

Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) Nasional XXI digelar di Kota Banjarmasin dari tanggal 4 – 11 Juni 2011. Sebuah kehormatan sekaligus berkah yang besar untuk menjadi tuan rumah ajang STQ Nasional. Segenap warga Banua Banjar patut berbangga karena daerahnya dipercaya menjadi tuan rumah pelaksanaan kegiatan tersebut.

Untuk kesekian kalinya event ini diadakan. Ajang Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) maupun Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dari tahun ke tahun, senantiasa disambut hangat oleh masyarakat dari seluruh penjuru banua.

Meriahnya sambutan masyarakat dan selalu besarnya minat para peserta dalam setiap kali penyelenggaraan STQ/ MTQ, tentu sangat membesarkan hati, karena merefleksikan betapa cintanya masyarakat Kalsel terhadap kitab suci Alquran.

Bagi umat Islam khususnya, STQ/ MTQ tidak hanya menjadi cermin kesalehan spiritual, tetapi lebih dari itu amat kental dengan gambaran aktivitas sosial keagamaan. Ini tergambar saat hampir seluruh komponen umat terlibat dalam kegiatan secara tulus dan memfungsikannya sebagai wahana syiar Islam yang diracik dengan aroma kebudayaan lokal yang Islami.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Merindukan Ulama Teladan Umat (Refleksi Haul ke-6 Guru Sekumpul)

Krisis multi-dimensi yang melanda bangsa ini, sebenarnya bermuara kepada satu persoalan fundamental yaitu krisis moralitas. Krisis moralitas (baca: akhlak) diakibatkan melemahnya sendi-sendi keimanan yang landasannya adalah nilai-nilai agama.

Melemahnya keimanan seiring semakin minimnya keteladanan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Ulama sebagai sosok “pewaris Nabi” yang seyogyanya menebar keteladanan dalam mengemban amanah Ilahi, justru banyak menyimpang dari khittahnya.

Banyak ulama hari ini ternyata tidak lebih sebagai perpanjangan tangan kekuasaan yang lebih berorientasi kepada dunia materialistis. Parahnya lagi, hari ini banyak yang mengaku sebagai ulama karena jubah besar yang dikenakannya, bukan karena ilmu yang dimiliki dan keteladanan moralnya.
Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Momentum Haul : Refleksi Wasiat Guru Sekumpul

Tradisi memperingati meninggalnya seorang ulama atau lebih dikenal dengan istilah ”haul” dilakukan bertujuan meneladani ketokohan ulama bersangkutan. Namun, tradisi itu belakangan hanya bersifat ritual, sedikit orang yang hadir dapat merefleksikannya.

Kata haul diambil dari bahasa Arab hala-yahulu-haul yang berarti setahun, atau masa yang sudah mencapai satu tahun. Seiring berkembangnya waktu, kata haul biasa digunakan sebagai istilah ritual kegiatan yang berskala tahunan, ataupun memperingati hari wafat atau meninggalnya seseorang yang kita sayangi dan juga orang yang kita hormati (guru, orang tua, ulama, para shalihin, atau waliyullah ).

Tak terasa kini, genap lima tahun sudah ulama kharismatik Martapura, Al Mukarram Syekh M Zaini Abdul Ghani wafat. Tepatnya, 5 Rajab 1426 H atau 10 Agustus 2005 silam. Pada momentum haul ke-5 inilah diharapkan masyarakat Banjar dapat merefleksikan kembali jasa dan kiprah ulama yang akrab disapa Guru Sekumpul ini.

Ulama kelahiran Martapura 11 Februari 1942, merupakan tokoh kharismatik dalam berdakwah dan menyebarkan syiar Islam di Kalsel. Guru Sekumpul juga masih zuriat atau keturunan dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari yang disebut Datu Kelampayan.

Kegiatan pengajian atau majelis taklim yang dilakukan Guru Sekumpul selalu dibanjiri ribuan jemaah dari berbagai kota. Namanya dikenal di kalangan luas, baik pejabat pemerintahan, politisi, militer, dan seniman. Beberapa tokoh yang pernah mengunjungi kediamannya, antara lain KH Abdurahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Amien Rais, hingga Aa Gym.

Read the rest of this entry »

Comments (5)

Menyikapi ”Everybody Draw Mohammed Day”


Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.(QS. Fusshilat: 34)

Pelecehan terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW rupanya tak berhenti. Munculnya film dokumenter ”Fitna” karya seorang anggota parlemen sayap kanan Belanda, Greet Wilders pada tanggal 13 Februari 2008 lalu di harian Jylliands-Posten Denmark, telah menambah catatan hitam kasus penghinaan terhadap Islam yang dilakukan pihak non-Muslim ke hadapan publik.

Penghinaan yang menyita perhatian publik juga pernah terjadi pada tahun 1988 oleh Salman Rushdie dengan novelnya yang berjudul “The Satanic Verses” (Ayat-ayat Setan). Dalam novel ini ia menggambarkan Muhammad sebagaimana mitos yang berkembang di Barat.

Muhammad diceritakan sebagai seorang penipu ulung, hanya berambisi politik, seorang bernafsu yang menggunakan wahyu-sahyu sebagai lisensi untuk mendapatkan sebanyak mungkin perempuan yang diinginkannya. Sehabat-sahabat awal juga dilukiskan sebagai orang-orang yang tidak berguna. Judul “Ayat-ayat Setan” juga merupakan pencemaran terhadap integritas al-Qur’an yang dianggap tidak mampu membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Lagi-lagi kasus ini tidak jelas ujungnya, meski Imam Ayatullah Khomeini telah memfatwakan untuk menghukum mati Rushdie. Bahkan, saat ini novel tersebut sedang dipersiapkan untuk menjadi drama di Jerman. Jelas hal ini memicu kemarahan umat Islam dan mengingatkan kembali pelecehan yang dilakukan kolumnis Inggris asal India itu.

Umat Islam di seluruh penjuru dunia kembali terperangah, ketika sebuah lomba menggambar sketsa nabi Muhammad SAW digelar di Facebook. Meski menuai protes dari jutaan kaum muslim di seluruh dunia, tapi event tersebut tetap dibiarkan berlangsung di dalam situs jejaring sosial itu.

Bahkan, berdasarkan pantauan terakhir, jumlah pesertanya telah menembus angka 15 ribu. Seperti diketahui, sebuah grup bertajuk Everybody Draw Mohammed Day muncul di Facebook sejak 25 April 2010 yang menggelar kompetisi menggambar sketsa Nabi Muhammad SAW pada tanggal 20 Mei 2010 dan diperpanjang hingga 31 Mei 2010.

Menyikapi persoalan ini, akankah umat Islam melawan atau malah memilih diam?

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Catatan dari MTQ Nasional XXV di Marabahan

Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional XXV Tingkat Propinsi Kalimantan Selatan sukses digelar di Kota Marabahan, ibu kota kabupaten Barito Kuala pada tanggal 8 – 15 Mei 2010. Sebuah kehormatan sekaligus berkah yang besar untuk menjadi tuan rumah ajang MTQ Nasional. Segenap warga Marabahan patut berbangga karena daerahnya dipercaya menjadi tuan rumah pelaksanaan kegiatan tersebut.

Meriahnya sambutan masayarakat dan selalu besarnya minat para peserta dalam setiap kali penyelenggaraan MTQ, tentu sangat membesarkan hati, karena merefleksikan betapa cintanya masyarakat Kalsel terhadap kitab suci Alquran.

Bagi umat Islam khususnya, MTQ tidak hanya menjadi cermin kesalehan spiritual, tetapi lebih dari itu amat kental dengan gambaran aktivitas sosial keagamaan. Ini tergambar saat hampir seluruh komponen umat terlibat dalam kegiatan secara tulus dan memfungsikannya sebagai wahana syiar Islam yang diracik dengan aroma kebudayaan lokal yang Islami.

Singkatnya, MTQ menjadi program nasional yang benar-benar dirasakan kehadirannya oleh masyarakat dan pada tataran tertentu menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang keagamaan. Di sisi lain, penyelenggaraan MTQ, terutama pada level regional telah membangkitkan gairah dan motivasi yang kuat bagi generasi muda untuk senantiasa memelihara kesucian dan meningkatkan kecintaan terhadap kitab suci Alquran lewat pembudayaan membaca, menghafal, memahami, serta berupaya mengamalkan isi dan kandungannya dalam kehidupan yang sesungguhnya, baik sebagai individu maupun sebagai warga negara.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Miyabi dan Pornografi di Negeri Ini

no-porn

Apa yang aneh dengan rencana kedatangan Miyabi? Ya, apa yang aneh dengan bintang porno asal Jepang itu? Seperti diketahui, akhir-akhir ini Miyabi santer diberitakan akan datang ke Indonesia. Bukan sekadar kunjungan biasa, tapi membintangi film Indonesia yang sedianya berjudul “Menculik Miyabi” disutradarai oleh Rako Prijanto.

Siapa Miyabi? Bagi yang belum tahu, mungkin dengan adanya pemberitaan superbesar dan heboh sekarang ini, orang menjadi semakin penasaran terhadap perempuan berusia 23 tahun itu. Miyabi yang bernama asli Maria Ozawa sudah sangat terkenal di seantero Asia berkat film-filmnya yang saru. Konon, di Indonesia film-filmnya dijajakan di lapak pinggir jalan, di depan sekolah-sekolah SD ataupun hanya beberapa meter di depan masjid.

Banyak tanggapan sehubungan dengan kedatangan Miyabi yang dibayar amat sangat mahal oleh rumah produksi Maxima Pictures. Yang paling santer dan paling banyak diekspos oleh media adalah para selebriti Indonesia. Jelas, beragam pula tanggapannya.

Ada yang mengatakan bahwa kedatangan Miyabi sebagai alat promosi Indonesia pada dunia internasional, ada pula yang berpendapat Miyabi bisa dijadikan sebagai role model atau motivasi perempuan Indonesia untuk lebih baik lagi. Ada juga yang mengatakan bahwa silakan Miyabi datang ke Indonesia, tapi jangan pernah berbuat macam-macam alias bermain film porno. Malah, sebagian juga mengatakan bahwa setiap laki-laki pasti pernah menonton Miyabi—suatu perkataan yang amat gegabah, karena laki-laki di Indonesia ini masih banyak yang sholeh dan tidak pernah sekalipun nonton film-film seperti itu.

Di tengah suasana duka atas tragedi bencana Gempa Sumatera yang melanda negara kita, kedatangan Miyabi juga bisa disebut mendatangkan bencana bagi masa depan Republik kita.

Read the rest of this entry »

Comments (9)

Benarkah, Martapura Krisis Ulama? (Refleksi Haul ke-4 Guru Sekumpul)

Abah GURU2

Sosok ulama waratsatul ‘anbiya satu persatu meninggalkan dunia fana ini, sementara generasi penerusnya (dalam kualitas sama) sulit didapat sekarang, bahkan hampir terbilang langka. Kepergian ulama meninggalkan dunia ini adalah salah satu tanda-tanda akhir zaman. Maka semakin “gelaplah dunia” ini karena ketiadaan ulama yang selama ini sebagai ‘pelita’ dunia.

Empat tahun lalu, Rabu 10 Agustus 2005, bertepatan 5 Rajab 1424 H, seorang ulama besar yang punya kualitas sosok warasatul ‘ambiya (pewaris nabi) telah dipanggil Sang Khaliq, dia Al-Mukarram KH.Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang akrab kita panggil Guru Sekumpul, seorang ulama besar terkenal di Kalimantan.

Martapura berduka pada saat itu, betapa tidak seorang putra terbaiknya yang selama ini menjadi panutan, rujukan bahkan “idola” umat telah berpulang ke rahmatullah, menghadap Ilahi Rabbi. Di tengah krisis dan tanda tanya siapa gerangan “pewaris” Guru Sekumpul, rasa prihatin dan duka tak dapat disembunyikan, bahkan hingga kini.

Demikian juga kira-kira gambaran situasi keresahan umat Islam di Kalsel khususnya di Martapura sekarang ini, dilihat dari kacamata keprihatinan akan semakin langkanya sosok ulama panutan warga banua.

Persoalan mendasar yang mungkin inheren dengan krisis ulama dewasa ini, karena beban dan tugas mereka yang begitu berat dalam mengayomi umat untuk tidak terpecah-belah. Pada dasarnya ulama memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan bangsa, hal ini karena ketokohannya di bidang ilmu agama dan merupakan panutan masyarakat.

Read the rest of this entry »

Comments (20)

STQ Nasional Untuk Kejayaan Banua

al-quran

Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) Nasional kembali digelar. Disiarkan langsung oleh TVRI Regional Kalimantan Selatan, STQ ke XVII Nasional tingkat Provinsi Kalimantan Selatan dibuka secara resmi oleh Gubernur Kalimantan Selatan H Rudy Arifin (2/5).

Sesuai dengan rencana yang telah dijadualkan, STQ ke XVII yang digelar di Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin mampu menyedot perhatian ribuan masyarakat disekitar Landasan Ulin, Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru dan Martapura.

Untuk kesekian kalinya event ini kita adakan. Ajang STQ maupun MTQ senantiasa disambut hangat oleh masyarakat dari seluruh penjuru banua. Format acaranya memang sebuah perlombaan dalam Tilawah dan Tahfidz Qur’an, Tafsir Quran, Festival Rebana, dan Puitisasi Terjemahan Al Quran. STQ berlangsung sampai dengan 6 Mei mendatang.

Read the rest of this entry »

Comments (7)

Mengubah Dunia Dengan “Kurihing”

smile

Kurihing“. Satu kata ini sederhana dalam segala hal, namun memberikan kekuatan yang tak terkira.

Dalam hal pelaksanaan, kurihing adalah aktifitas sederhana untuk dilakukan. Hayo, siapa sih orang hidup di dunia ini yang tak bisa takurihing? Orang miskin maupun kaya pun bisa takurihing, karena kurihing tak membutuhkan modal, kecuali niat dan ketulusan hati.

Manusia pintar dan tidak pintar sama-sama bisa takurihing karena untuk bisa takurihing tak perlu sekolah. Sejak kita lahir, orang-orang di sekeliling kita telah menyambut kita dengan kurihing lebar, sekaligus mengajarkannya pada kita. Sakit atau sehat, cacat ataupun normal, semua orang masih bisa takurihing, karena ia tak membutuhkan usaha luar biasa. Cukup menarik kedua ujung bibir ke atas sedikit. Kecuali jika sakit dan cacatnya seputar mulut.

Secara fisik, takurihing dapat membuat kita selalu dalam kondisi riang. Bobby De Porter dalam bukunya Quantum Learning mengatakan bahwa sikap tubuh seseorang dapat mempengaruhi perasaan atau mood seseorang sebagaimana perasaan juga mempengaruhi sikap tubuh seseorang. Ayo kita coba. Anda sedang sedih atau marah. Kemudian usahakan menarik ujung kedua bibir anda keatas, membentuk sebuah kurihingan. Dan tanyakan pada hati anda dengan jujur: Apakah anda masih tetap merasa sedih seperti semula?

Read the rest of this entry »

Comments (7)

Wahai Gaza, Darimu Kami Belajar (Dan Untukmu Kami Berdo’a)

rid-freepalestine

Nanar mataku membaca semua berita tentang penyerangan berdarah di wilayah Gaza. Bukan saja tak berkesudahan, tapi ini adalah genocide luar biasa kejam!

Kezaliman yang vulgar telah dipertontonkan Zionis Israel kepada masyarakat dunia. Bocah-bocah Gaza berderai air mata lantaran kehilangan orang tuanya, remaja-remaja Palestina bertumbangan di depan tank-tank serdadu Yahudi, dan kulit-kulit mungil itu bercucuran mengalirkan darah.

Lantas bagaimana dengan kita? Bukankah setiap mukmin itu bersaudara, lantas kenapa kita membiarkan mereka tak berhenti menyeka air mata darah?

Ketika anak-anak Palestina meregang nyawa ditembus peluru Israel, sedang apakah kita? Main basket? Tidur nyenyak? Atau, malah sedang tawuran dengan sesama saudara? Ironis bukan?

Juga, ketika anak-anak Palestina menderita di pengungsian akibat diusir dari negeri mereka sendiri, kita sedang berbuat apa? Main game, pacaran, nonton konser musik, atau malah sedang asyik melahap makanan “bule” di resto kelas wahid dengan harga selangit? Lalu, di mana rasa peduli kita terhadap saudara sendiri?

Read the rest of this entry »

Comments (9)

Ikhlas Beramal; Antara Tantangan dan Kinerja (Refleksi Jelang HAB Depag Ke-63)

logo-depag1

Departemen Agama (Depag) merupakan salah satu dari departemen pemerintah setingkat menteri yang mempunyai simbol atau slogan “Ikhlas Beramal”. Slogan ini mengisyaratkan bahwa Depag hendak menjadikan dirinya sebagai departemen yang berbakti kepada bangsa, negara dan Tuhan secara maksimal dengan tanpa memikirkan imbalan dan pujian dalam menjalankan tugasnya. Harapan ini seiring dengan istilah dalam slogan ideal yang bernuansa agamis, yakni Ikhlas Beramal.

Disamping itu Depag juga menggunakan istilah dalam setiap hari ulang tahunnya dengan nama HAB (Hari Amal Bakti). Istilah ini mengindikasikan amal adalah perbuatan yang bernuansa positif, sedangkan bakti merupakan bentuk pengabdian pelayanan seseorang pada orang lain dalam komunitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara ikhlas.

Ikhlas dalam etimologis bermakna murni, tidak tercampur, bersih, jernih, bebas, terhindar, selamat dari keburukan (Kamus al-Munawwir: 388). Dalam terminologi ikhlas adalah suatu perbuatan hati yang dapat mendekatkan diri pada Allah Swt dengan menjauhkan diri dari perasaan pamer.

Menurut Sahal, ikhlas adalah adanya konsistensi perbuatan seseorang hanya pada Allah semata (Ihya Ulumiddin: 369). Ibrahim bin Adham mendefinisikan ikhlas adalah kebenaran niat (dalam hati) karena Allah Swt (Ihya Ulumiddin: 369).

Imam Ghazali menegaskan lagi, ikhlas dalarn dimensi tauhid adalah antonim dengan kata syirik (Ihya Ulumiddin: 367). Ini dapat diartikan apabila seseorang dalam menjalankan sesuatu tidak ikhlas maka dapat dikategorikan orang yang rnenyekutukan Allah Swt (musyrik).

Read the rest of this entry »

Comments (15)

Tahun Baru Hijrah Momentum Bermuhasabah

islamic04

Maha suci Allah yang telah menciptakan sistem siklus kehidupan, malam berganti siang, hari berlalu menyusun minggu, hitungan bulan membentuk tahun. Tahun baru 1 Muharram 1430 Hijrah kini tiba. Berbagai acara digelar untuk menyambutnya, seperti seminar, Tablig Akbar, diskusi dan lain sebagainya.

Tahun baru Islam adalah momentum yang baik sebagai sarana untuk melakukan introspeksi diri muhasabah atau evaluasi diri, sejauh mana keinginan kita untuk menemukan dan memperbaiki berbagai kekurangan kita di masa lalu serta sejauh mana waktu dan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah SWT dalam mengarungi kehidupan ini untuk dimanfaatkan dan lebih bermakna, berkaitan dengan hubungan manusia dengan Sang Khalik maupun antara manusia dengan sesama manusia serta alam semesta.

Pergantian tahun terkadang begitu saja berlalu, tanpa sedikitpun memberikan kesan dan pelajaran. Seolah-olah hidup tak lebih dari sekedar menikmati hak yang diberikan Allah SWT, tanpa nilai tanpa tanggungjawab.Betapa banyak peluang yang terbuang. Betapa banyaknya waktu berlalu tanpa nilai. Maha benar Allah dalam firman-Nya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan menatapi kesabaran,” (QS.103:1-3).

Sejauh apa pun waktu ke depan, jauh lebih dekat daripada satu detik yang lalu.Karena waktu yang berlalu walaupun satu detik tidak akan bisa dimanfaatkan lagi dan tidak pernah kembali.Ia sudah jauh meninggalkan kita.Begitupun dengan berbagai kesempatan yang kita miliki. Kalau kesempatan itu lewat maka hilanglah sudah momentum yang bisa diambil, karena belum tentu kita bisa berjumpa pada hari esok.Kalau kita menganggap remeh sebuah ruang waktu, sebenarnya kita sedang membuang sebuah kesempatan. Kalau pergi, kesempatan tidak akan kembali. Ia akan pergi bersama berlalunya waktu.

Read the rest of this entry »

Comments (3)

Pribadi “Haram Manyarah” Perspektif Islam

panjat-tebing_1

Pribadi “haram manyarah” (tangguh) tidak lain sebutan bagi pribadi yang tidak merasa lemah terhadap sesuatu yang terjadi dan menimpanya. Pribadinya menganggap sesuatu yang terjadi itu dari segi positifnya. Ia yakin betul bahwa skenario Allah itu tidak akan meleset sedikit pun.

Pribadi haram manyarah dan tangguh ini, tidak lain adalah pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapat sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan, kesuksesan, mendapat rezeki, dan lain-lain. Sebaliknya, jika ia mendapati sesuatu yang tidak diharapkannya, entah itu berupa kesedihan, kegagalan, mendapat bala bencana, dan lain-lain., maka ia memiliki ketahanan untuk selalu bersabar. Dan pribadi seperti ini memposisikan setiap kejadian yang menimpanya adalah atas ijin dan kehendak Allah. Ia pasrah dan selalu berusaha untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran dari setiap kejadian tersebut.

Pribadi haram manyarah ini bukan saja semata-mata dilihat secara fisik. Tetapi lebih-lebih dan yang lebih penting justru adanya sifat positif dalam jiwanya yang begitu tangguh dan kuat. Seseorang menjadi kuat, pada dasarnya karena mentalnya kuat. Seseorang menjadi lemah, karena mentalnya lemah. Begitu juga, seseorang sukses, karena ia memiliki keinginan untuk sukses. Dan seseorang gagal, karena ia berbuat gagal. Dalam hal ini, ada hadist Nabi yang menyebutkan bahwa: “Orang mukmin yang kuat lebih disukai dan lebih baik dari mukmin yang lemah.” Jadi, manusia tangguh dan kuat itu, sudah seharusnya menjadi cita-cita kita dalam rangka mengabdi kepada Allah.

Read the rest of this entry »

Comments (1)

Mengkaji Kitab Kuning di Zaman Serba Instan (3)

(Catatan untuk Musabaqah Qiraat al-Kutub)

kitab-kuning1

Meski masih terjaga, kitab kuning sebagai aset kekayaan khazanah intelektual umat Islam Indonesia itu kini menjadi sorotan keprihatinan banyak kalangan, terutama kalangan pesantren sendiri. Apa pasal?

Tradisi penggalian dan pengembangan intelektual via kitab kuning di pesantren kian hari kian surut. Hanya beberapa pesantren saja yang masih ajeg menjaga dan melestarikan tradisi ini. Menjaga dan melestarikan dalam konteks ini adalah menjadikan kitab kuning sebagai literatur utama yang wajib dipelajari santri dan menjadi bahan pertimbangan utama kelulusan atau keberhasilan santri.

Kalau dulu, seorang santri berangkat mondok di pesantren niatnya adalah belajar agama dengan berguru kepada kiai dan mendalami kitab kuning. Materi pelajaran yang disampaikan sebagian besar adalah menggunakan bahasa Arab. Karena itu, secara otomatis santri juga diajari ilmu alat (nahwu-sharaf) atau yang biasa disebut gramatikal bahasa Arab, yang bertujuan untuk mempermudah santri dalam memahami, mendalami, dan mengembangkan kandungan kitab kuning.
Read the rest of this entry »

Comments (9)

Mengkaji Kitab Kuning di Zaman Serba Instan (2)

(Catatan untuk Musabaqah Qiraat al-Kutub)

kitab_fil-jadari2

Untuk melihat posisi dan sejauhmana makna penting kitab kuning di kalangan pesantren, setidaknya ada beberapa abstraksi yang perlu dicermati. Pertama, cara pandang masyarakat terhadap pesantren. Pesantren jamaknya dipandang sebagai sebuah ‘subkultur’ yang mengembangkan pola kehidupan yang tidak seperti biasa atau katakanlah unik. Di samping faktor kepemimpinan kiai-ulama, kitab kuning adalah faktor penting yang menjadi karakteristik subkultur itu.

Kitab kuning seakan menjadi kitab pusaka yang mandraguna. Kitab yang terus ‘diwariskan’ turun temurun dari generasi ke generasi, sebagai sumber bacaan utama bagi masyarakat pesantren yang cukup luas. Dengan begitu, ini merupakan bagian dari sebuah proses berlangsungnya pembentukan dan pemeliharaan subkultur yang unik tersebut.

Kedua, kitab kuning juga difungsikan oleh kalangan pesantren sebagai ‘referensi’ nilai universal dalam menyikapi segala tantangan kehidupan. Karena itu, bagaimanapun perubahan dalam tata kehidupan, kitab kuning harus tetap terjaga. Kitab kuning dipahami sebagai mata rantai keilmuan Islam yang dapat bersambung hingga pemahaman keilmuan Islam masa tabiin dan sahabat. Makanya, memutuskan mata rantai kitab kuning, sama artinya membuang sebagian sejarah intelektual umat. Kita mungkin sering mendengar sebuah hadist yang disabdakan oleh Rasulullah saw. “Al-ulama warosatul anbiya”, ulama adalah pewaris para Nabi.

Read the rest of this entry »

Comments (6)

Mengkaji Kitab Kuning di Zaman Serba Instan (1)

(Catatan untuk Musabaqah Qiraat al-Kutub)

kitab-kuning2

Gaungnya mungkin tak sedahsyat Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), yang diselenggarakan dengan penuh semarak, lengkap berbagai atraksi yang terkadang lebih “wah” dibanding dengan ajang lombanya sendiri.

Musabaqah Qira’atul Kutub (MQK). Ajang lomba membaca kitab kuning yang digelar bertujuan untuk mendorong kecintaan santri terhadap kitab rujukan berbahasa Arab serta kemampuan santri melakukan kajian agama Islam dari sumber kitab tersebut. Selain itu, MQK juga bertujuan menjalin silaturahmi antar pondok pesantren di Indonesia, serta meningkatkan peran lembaga pendidikan tersebut sebagai lembaga pendidikan Islam dalam mencetak kader ulama dan tokoh masyarakat masa depan.

Kegiatan lomba Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) tingkat nasional III tahun 2008 berlangsung di Pondok Pesantren Al Falah, Banjarbaru, Kalimantan Selatan tanggal 1-5 Desember 2008 mendatang. Perhelatan musabaqah dua tahunan ini terbilang masih baru. Bahkan secara nasional, baru dua kali digelar.

Berdasarkan catatan, untuk MQK nasional pertama tahun 2004 berlangsung di pondok pesantren Al Falah Bandung, Jawa Barat. Sedangkan yang kedua berlangsung tahun 2006 lalu diadakan di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Tulisan ini sahibar catatan berkait dengan pelaksanaan ajang lomba membaca dan memahami kitab kuning tersebut.

Read the rest of this entry »

Comments (10)

Revitalisasi Jiwa Kewirausahaan Umat Islam

entrepreneur

Orang Islam malas dan miskin. Tuduhan yang menyakitkan. Sayangnya, begitulah agaknya kenyataan yang ada. Dalam kurun satu abad terakhir, di banyak bidang percaturan politik, budaya, dan terutama ekonomi, kaum muslim jauh tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain di dunia.

Lihatlah fakta-fakta berikut. Dari 56 negara mayoritas muslim, masing-masing memiliki rata-rata 10 universitas, yang berarti total lebih kurang 600 universitas, untuk 1,4 milyar penduduknya. Bandingkan dengan India yang memiliki 8.407 universitas. Sementara Amerika Serikat punya 5.758 universitas.

Dari 1,4 milyar warga muslim hanya menghasilkan delapan peraih Hadiah Nobel, dua di antaranya untuk bidang fisika. Sementara bangsa Yahudi, yang jumlahnya hanya 14 juta jiwa, ternyata mampu meraih 167 Nobel. Untuk mereka yang layak disebut ilmuwan pun, kaum muslim hanya punya kurang lebih 300.000 orang. Artinya, kaum muslim hanya memiliki 230 ilmuwan per satu juta warganya.

Sementara Amerika memiliki 1,1 juta ilmuwan (4.099 per satu juta) dan Jepang punya 70.000 (5.095 per satu juta). Untuk lingkup lebih sempit, yakni di negeri Nusantara ini, keadaannya tidak jauh berbeda. Sampai tahun 2000-an, kaum muslim Indonesia termasuk dalam kelompok marjinal. Terutama dalam percaturan ekonomi dan bisnis nasional.

Read the rest of this entry »

Comments (4)

Memaknai Tradisi Halal bi Halal

Setiap momentum hari raya Idul Fitri tiba, tidak hanya pakaian baru saja yang menjadi ciri untuk menyambut kedatangan “bulan kemenangan” setelah satu bulan berpuasa. Tetapi ada hal yang lebih dari itu. Yaitu tradisi halal bi halal.

Halal bi halal, adalah tradisi yang hanya ada di Indonesia dan merambah ke beberapa negara tetangga dalam rumpun melayu, seperti Malaysia. Yang dicirikan dengan saling bersilaturrahmi dan saling bermaaf-maafan satu sama lain.

Menurut Dr. Quraish Shihab, halal-bihalal merupakan kata majemuk dari dua kata bahasa Arab ‘halal’ yang diapit dengan satu kata penghubung ‘ba’ (dibaca: bi) (Shihab, 1992: 317). Meskipun kata ini berasal dari bahasa Arab, namun masyarakat Arab sendiri tidak akan memahami arti halal-bihalal yang merupakan hasil kreativitas bangsa Melayu. Halal-bihalal, tidak lain, adalah hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara.

Kata ‘halal’ memiliki dua makna. Pertama, memiliki arti ‘diperkenankan’. Dalam pengertian pertama ini, kata ‘halal’ adalah lawan dari kata ‘haram’. Kedua, berarti ‘baik’. Dalam pengertian kedua, kata ‘halal’ terkait dengan status kelayakan sebuah makanan. Dalam pengertian terakhir selalu dikaitkan dengan kata thayyib (baik). Akan tetapi, tidak semua yang halal selalu berarti baik. Jadi, dalam hal ini, ukuran halal yang patut dijadikan pedoman, selain makna ‘diperkenankan’, adalah yang baik dan yang menyenangkan.
Read the rest of this entry »

Comments (5)

Semangat Idul Fitri Semangat Pembebasan

Idul Fitri segera datang. Seperti tahun-tahun sebelumnya kita sambut dan meriahkan hari itu dengan penuh kegembiraan, bahkan dalam beberapa kasus kita rayakan hari itu dengan pesta penuh nafsu. Agar Idul Fitri tidak sekedar menjadi rutinitas yang menjebak, maka kita perlu melakukan perenungan-perenungan mendalam untuk mendapatkan makna, semangat, atau ruh asasi Idul Fitri.

Semangat Pembebasan

Ketika masuk pada Idul Fitri, kita diperintahkan untuk mengagung-besarkan Allah. Kita penuhi langit dengan gemuruh takbir. Kalimat-kalimat tayyibah yang berisi puji-pujian untuk Al­lah kita lantunkan. Dalam puji-pujian itu kita kembali mengikrarkan akan keagungan, ketinggian, kesucian, kebesaran, kekuasaan, dan keesaan Allah. Puji-pujian itu sekaligus menjadi cerminan pengakuan akan kekerdlilan, kerendahan, dan kelemahan kita.

Dengan tuntunan melantunkan kalimat-kalimat tayyibah tersebut, Idul Fitri menyadarkan kita untuk kembali ingat kepada Allah. “Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah pun melupakan mereka (pada diri mereka sendiri)” (At-Taubah/9:67). Dengan mengingat Allah, kita menjadi ingat terhadap diri kita sendiri.

Read the rest of this entry »

Comments (5)

Mudik dan Perjalanan Menuju Kematian

Hari Raya Idul Fitri telah menjadi suatu momen mudik nasional bagi sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia. Cukup unik memang, karena hal itu tidak terjadi di negara-negara mana pun di dunia, bahkan di negara-negara yang berlabel Islam sekalipun. Bagi mereka yang biasa melaksanakan mudik, rasanya akan ada sesuatu yang hilang atau mengganjal dalam hati dan perasaan apabila tidak melakukan mudik di hari Lebaran.

Mudik, sebagai sebuah tradisi sosial yang beririsan dengan momen ritual keagamaan, ternyata juga menjadi suatu hal yang melibatkan aspek-aspek multidimensional kehidupan kemasyarakatan dan bahkan pemerintahan. Lihat saja, bagaimana pemerintah sibuk dan seriusnya mengurusi masalah transportasi ketika momen ‘hajatan’ nasional itu tiba. Belum lagi, aparat keamanan yang juga turut terlibat dan bertanggung jawab di dalamnya. Para pedagang dan masyarakat umum di sepanjang jalur mudik juga tak kalah ikut berpartisipasi dalam prosesi budaya yang berlangsung secara massal dan alami ini.

Read the rest of this entry »

Comments (6)

Al-Qur’an Sumber Peradaban (Catatan Nuzulul Qur’an 1429 H)

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Oleh karena itu, apa saja yang dibicarakan oleh Al-Qur’an tidak pernah terlepas dari kepentingan manusia itu sendiri. Jika pernyataan ini dapat disahuti, maka akan muncul suatu keyakinan, bahwa isyarat dari ayat-ayat Al-Qur’an untuk membimbing manusia berperadaban modern. Hal ini terbukti ketika terdapat sebagian ayat-ayat yang membicarakan kehidupan masa depan.

Contoh informasi Al-Qur’an ini ialah pernyataan tentang utuhnya jenazah Fir’aun. Kemudian pernyataan fenomena langit dengan segala benda-benda angkasa seperti matahari yang beredar pada porosnya, sinar bulan yang merupakan pantulan dari matahari dan lain-lain, bumi ini bulat dan gunung-gunung berlari kencang seperti awan. Pembuktian ini harus dilakukan oleh generasi ke depan tidak oleh orang-orang yang dahulu.

Ada hal yang membuat kita seharusnya salut kepada orang-orang yang terdahulu dalam memahami isi kandungan Al-Qur’an. Mereka tetap saja berupaya untuk memahami ayat Al-Qur’an yang kemudian dijewantahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mengingat bahwa terbatasnya fasilitas yang mereka miliki, maka ayat-ayat yang berkaitan dengan kehidupan pada masa itu yang mereka geluti, namun yang patut ditiru adalah semangat mereka untuk mendalami pesan Al-Qur’an. Pada awalnya, para sahabat memahami pesan Al-Qur’an hanya melalui kekuatan imani karena keterbatasan ilmu khususnya ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan persoalan teknologi.

Read the rest of this entry »

Comments (1)

Ketika Allah Menggugat

Dalam sejarah, begitu mudah kita temukan sosok-sosok “pemfitnah Allah”, sebut saja umpamanya Fir’aun, Haman, Qorun, Karl Marx, Nietzsche dan yang lainnya. Namun, mereka adalah indikasi orang yang “protes” kepada Allah tanpa ilmu, tanpa petujuk, tanpa kitab (suci) yang menerangi (Qs. Al-Hajj [22]: 30).

Fir’aun, sebagaimana yang direkam oleh Al-Quran menyatakan:“Wahai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?” (Qs. Az-Zukhruf [43]: 51).

Ketika Allah memberikan tawaran kepadanya (lewat rasul-Nya Musa) untuk membersihkan dirinya dari kesesatan dan diseru kepada jalan Tuhan: agar ia takut kepada-Nya. Bahkan, Musa memberikan mukjizat yang besar kepadanya. Ia malah mendustakannya dan mengumpulkan “hamba-hamba” paksaaannya dan berkata: “Wa ana rabbukum al-a’laa” (Akulah tuhanmu yang paling tinggi”) (Qs. An-Naazi`aat [79]: 18-24).

Sosok Haman, adalah seorang teknokrat Fir’aun yang tidak tahu kebesaran Tuhannya. Ia dibodohi oleh Fir’aun untuk membuat tangga-tangga ke atas langit: untuk melihat Tuhan Musa. Seharusnya ia lebih tahu akan kemampuannya: tidak bisa melakukan itu. Bukankah Fir’aun, sebagai “tuhannya”, juga tidak bisa membuatnya? Tapi memang maksud mereka (hanya) ingin “memfitnah Allah”, jadi segala hal seolah-olah mungkin untuk dikerjakan.

Read the rest of this entry »

Comments (7)

Anak-anak Yang Memakmurkan Mesjid

SEBUAH hal yang “mehimungi” di minggu-minggu pertama Ramadhan adalah soal ramainya masjid-masjid. Tradisi shalat tarawih berjamaah yang digelar selalu dihadiri kaum muslimin dari berbagai lapisan. Yang miskin, yang biasa dan yang kaya; yang tua, pemuda dan anak belia. Semua hadir.

Meramaikan masjid tentu saja bernilai utama, karena pahala shalat berjamaah selalu berlipat ganda. Mereka yang memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman dan mendapat petunjuk (QS 9:18). Praktek keseharian umat menunjukkan bahwa ternyata tidak mudah untuk terus memelihara ramainya jamaah di surau dan masjid. Saat-saat Ramadhan biasanya merupakan pengecualian.

Dalam bulan seperti inilah sering terasa bahwa masjid yang sudah demikian besar pun masih saja kekecilan, karena jamaah yang datang sering melimpah ruah. Terasa betul syiar Islam itu. Orang berjejal-jejal dalam shaf, sampai ke pojok-pojok. Ruang-ruang tambahan sering diadakan, entah di balkon, di sayap masjid, di lantai dasar atau lantai atas, kalau perlu di halaman luar, pokoknya di setiap ruang yang mungkin.

Read the rest of this entry »

Comments (2)

Ketika Puasa Tak Sekedar Lapar dan Dahaga

Selain puasa yang lazim kita lakukan, tidak makan, minum, dan berhubungan intim suami istri, seharusnya juga jika kita mengendalikan indera lahiriyah kita: lidah dengan puasa bicara, telinga dengan puasa mendengar, dan mata dengan puasa melihat. Puasa inilah yang disebut puasa tarikat. Demikian diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat, dalam bukunya Meraih Cinta llahi Pencerahan Sufistik, Penerbit Rosda, 1999.

Pertama, puasa bicara. Puasa bicara lebih dari sekedar menahan lidah untuk tidak mengunjingkan orang, mencaci maki, menghujat dan menghujat balik, mengeluarkan kata-kata kotor. Lebih dari itu, puasa bicara meniscayakan kita hanya berbicara yang perlu-perlu saja atau yang betul-betul bermanfaat. “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkatalah yang baik atau diam,” pesan Rasulullah SAW.

Diantara faedah puasa bicara adalah kita bisa menjadi pendengar yang lebih baik. Bayangkan jika semua orang tidak mau menjadi pendegar melainkan ingin berbicara semua? Apalagi jika kata-kata yang dikeluarkan cukup pedas dan menyengat. Pasti akan terjadi kontroversi (pro-kontra), konflik, dan permusuhan.

Read the rest of this entry »

Comments (3)

Ruh Ramadhan dan Semangat Hedonisme

Pernahkah terlintas dalam pikiran kita, bahwa setiap memasuki Ramadhan, tingkat ‘konsumerisme’ masyarakat kita paling tinggi. Yang biasa membeli gula dua kilo di bulan biasa, bisa membeli barang itu lebih dari lima kilo di bulan Ramadlan. Itu semua bisa saja terjadi pada jenis barang-barang yang lain. Sehingga hukum ekonomipun berlaku, bahwa jika barang sedikit dan jumlah permintaan lebih banyak maka harga akan mahal.

Ini sudah terbukti sejak bertahun-tahun yang lalu setiap Ramadhan datang. Sampai menteri-menteri yang berkait dengan makanan harus melaporkan kepada khalayak bahwa: ‘persediaan ‘makanan ini dan makanan itu’ memasuki Ramadhan tahun ini mencukupi’.

Jujur saja, memasuki Ramadhan ini, tentu banyak sekali di antara kita yang merintih, pedih. Tak terelakan juga tentu keluarga kita. Karena kita telah disambut hangat oleh naiknya harga kebutuhan sehari-hari.

Read the rest of this entry »

Comments (6)

Pesan Moral Spiritual Puasa

IBADAH puasa memang “aneh”. Bagaimana tidak? Dalam puasa, kita dilarang mengkonsumsi makanan dan minuman halal, baik ditinjau dari sisi kepemilikan maupun dzatnya sebelum tiba waktunya. Kita juga dilarang melakukan hubungan intim dengan istri atau suami sah kita.

Pesan apa dibalik “keanehan” tersebut. Pertama, puasa adalah peragaan penting pengendalian hawa nafsu. Kita diuji secara ekstrem untuk mengendalikan keinginan-keinginan, meskipun keinginan itu sah dan halal. Dengan peragaan seperti itu, kita diharapkan mampu mengendalikan keinginan-keinginan yang tidak sah dan haram.

Read the rest of this entry »

Comments (5)

Kekayaan Hakiki, Ke Mana Hendak Dicari?

Sebuah diskusi kecil dengan rekan-rekan di ruang kantor, sebuah pertanyaan terlontar, “Apa jadinya bila seluruh orang yang ada di dunia ini diberikan oleh Allah SWT satu kilogram emas perorang?

Mereka dengan penuh tanda tanya dan merasa aneh menjawab “Ngga bakalan ada yang mau kerja”, “ngga bakalan ada yang jadi tukang sapu”, “ngga bakalan ada yang jadi sopir” tetapi ada satu jawaban smart yaitu, harga emas akan menjadi turun dan emas tidak akan berharga lagi. “Smart”, saya bilang.

Pertanyaan kedua, “Apa jadinya bila Allah menjadikan semua orang dimuka bumi menjadi Doktor semua?” Ada banyak jawaban, “semua orang jadi pinter”, “semua akan jadi professor”, yang pasti harga pendidikan tidak akan semahal ini, bahkan boleh jadi ilmu begitu murahnya sehingga orang tidak merasa terhormat bila menyandang gelar S-3 lagi, karena tukang sapu pun bergelar Doktor.

Jadi apa yang kita cari? Apakah kekayaan yang begitu banyak, ataukah gelar yang terhormat? Mengapa Allah SWT tidak menciptakan semua orang dimuka bumi menjadi kaya dan mengapakah Allah SWT tidak menjadikan manusia bergelar S-3 semua.

Read the rest of this entry »

Comments (8)

Menyongsong Ramadhan Penuh Keampunan

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, tak terasa kita akan segera memasuki bulan Ramadhan. Ada yang menyambutnya dengan gembira karena merasa ini adalah momentum terbaik bagi gugurnya dosa, meningkatnya harga pahala dan tersambungnya kembali jalinan silaturahim. Bulan penuh berkah, bulan penuh rahmah, bulan kembali kepada alquran dan ibadah. Seandainya setiap bulan adalah Ramadhan.

Di sisi lain ada juga sebagian dari kita yang biasa-biasa saja menyambut Ramadhan, tidak ada yang istimewa. Padahal Rasulullah SAW, mengajarkan kita untuk berdoa agar bisa disampaikannya pada bulan ramadhan. Ya Allah berkatilah kami di bulan Rajab, berkatilah kami di bulan Sya’ban dan ijinkanlah kami untuk bertemu dengan bulan Ramadhan. Subhanallah, itulah keistimewaan Ramadhan sampai-sampai Rasulullah meminta seperti itu. Karena kita tidak tahu, apakah masih ada umur kita sampai ke bulan penuh berkah itu?

Terkait dengan itu, adakah kita sudah mempersiapkan diri menyambutnya? Setidaknya ada beberapa persiapan yang harus kita lakukan, diantaranya: persiapan fisik (jasadiyah), mental (aqliyah), spiritual (ruhiyah), dan silaturahim.

Read the rest of this entry »

Comments (2)

Mengagumi Mesjid Raya “Urang Banjar” Sabilal Muhtadin

Pernah dimuat pada harian Mata Banua/ Senin – Selasa, 11-12 Agustus 2008 dan harian Kalimantan Post/ Selasa-Rabu, 2-3 September 2008

Masjid Raya Sabilal Muhtadin kita kenal sebagai masjid kebanggaan landmark masyarakat kota Banjarmasin khususnya dan Kalimantan Selatan pada umumnya.

Masjid Raya ini memberikan warna keagamaan yang sangat khas dan kental di kalangan masyarakat Banjarmasin khususnya di dalam penyiaran Agama Islam. Masjid ini dalam setiap minggunya tidak kosong dari pengajian-penajian agama atau Majelis Ta’lim. Majelis Ta’lim disampaikan oleh ulama-ulama besar yang ada di Kalimantan Selatan, para ulama yang memberikan ceramah di sini memang sangat dipercaya masyarakat untuk memberikan suatu pengajaran tentang syariat Islam yang dibawakan oleh Rasulullah.

Dalam sejarahnya, pembangunan masjid yang dimulai sejak Gubernur Subardjo ini, baru diresmikan pada masa kepemimpinan Gubernur Mistar Tjokrokoesoemo. Sedangkan motor pembangunan adalah HM Said yang saat itu menjabat sebagai kepala Biro Pembangunan. HM Said di kemudian hari terpilih sebagai Gubernur Kalsel dua periode. Menjadi suatu kebanggaan, Presiden Soeharto pada waktu itu, berkenan hadir meresmikan buah karya mereka

Read the rest of this entry »

Comments (8)

Isra Mi’raj dan Perjalanan Menuju Kesempurnaan

“Peringatan Isra’ Mi’raj menguji keteguhan umat Islam, apakah wahyu masih membimbing akal kita, apakah justru kita telah menafikan wahyu lantas keterlaluan asyik dengan logika dalam kehidupan beragama.”

Kuasa Allah nyata tak terbatas. Tinggal mengucap “kun” saja, maka terjadilah apa yang menjadi ketentuan-Nya. Apapun yang tak mungkin dalam pandangan manusia, mungkin dan mudah dalam pandangan Allah SWT. Sebagaimana begitu mudahnya Dia memperjalankan Rasulullah SAW dari Makkah ke Baitul Maqdis, dari bumi yang fana ini menuju hadirat-Nya : Sidratul Muntaha. Singkat saja waktu perjalanan yang ditempuh oleh Baginda Nabi. Cuma satu malam. Sampai-sampai hanya Abu Bakar As-Siddiq saja yang betul-betul penuh mempercayai tuturan pengalaman beliau.

Penduduk kota Mekkah yang rata-rata belum menganut Islam malah menertawakan kabar di-mi’raj-kannya Rasulullah SAW. Sebelum Rasulullah SAW di-mi’raj-kan Jibril a.s. “membedah” dada beliau, untuk membersihkan jiwa Baginda Nabi dari ‘debu-debu’ dunia. Kedalam hatinya kemudian didedahkan “iman” dan “hikmah”.

Read the rest of this entry »

Comments (4)

Isra Mi’raj dan Pemberantasan Korupsi

Peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad merupakan tonggak lahirnya peradaban Islam berbasis keimanan yang kukuh. Perintah shalat adalah asas peradaban Nabi yang akan menegakkan keadilan sesuai nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Spirit lahirnya keadilan berbasis ketuhanan dan kemanusiaan menjadi tonggak keteladanan yang harus diserap dalam kesadaran umat Islam.

Itulah yang oleh Sheikh Muhammad al-Ghazali dalam Fiqh al-Sirah dikatakan, Isra Mi’raj menjadi tonggak lahirnya Islam sebagai agama fitrah. Semua ajaran ibadah yang diwajibkan kepada umat Islam merupakan fondasi yang wajib dilaksanakan untuk menemukan sari pati dan esensi agama.

Read the rest of this entry »

Comments (2)

Muhammad Nafis Al-Banjari (Ulama Sufi Penyebar Islam dari Banjar)

Pernah dimuat pada harian Mata Banua/ Selasa, 29 Juli 2008

Dalam deretan ulama Banjar, nama Muhammad Nafis al-Banjari tak kalah masyhur dibanding Muhammad Arsyad al-Banjari. Kalau Muhammad Arsyad dikenal sebagai ahli syariat, maka Muhammad Nafis dikenal sebagai pakar ilmu kalam dan tasawuf. Dengan keilmuannya, ia berhasil menorehkan prestasi sebagai salah seorang ulama terkemuka Nusantara.

Dialah pengarang “Durr Al-Nafis”, kitab berbahasa Jawi yang dicetak berulang-ulang di Timur Tengah dan Nusantara, yang masih dibaca sampai sekarang. Dia berada dalam urutan kedua setelah Muhammad Arsyad Al-Banjari dari segi pengaruhnya atas kaum muslimin di Kalimantan. Apa yang yang harus dilakukan kaum muslimin agar memperoleh kemajuan dalam hidup? Mengapa Belanda melarang kitabnya beredar di Indonesia?

Syeikh Muhammad Nafis Al-Banjari bin Idris bin Husien, lahir sekitar tahun 1148 H./1735 M.,di Kota Martapura Kalimantan Selatan, dari keluarga bangsawan atau kesultanan Banjar, silsilah dan keturunanya bersambung hingga Sultan Suriansyah (1527-1545 M.) Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam sebelumnya bernama Pangeran Samudera.

Read the rest of this entry »

Comments (24)

Ulama Makin Langka, Umat Islam Nelangsa

(Refleksi Jelang Haul Ke-3 Guru Sekumpul)

Pernah dimuat pada harian Radar Banjarmasin dan Barito Post/ Kamis, 3 Juli 2008, harian Mata Banua/ Jum’at, 4 Juli 2008 dan Kalimantan Post/ Selasa, 8 Juli 2008

Dan sesunggunya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub dan jadikanlah ia, ya Tuhan… hamba yang Engkau ridhai..( Q.S.16. Maryam : 4-5)

Setiap kali terdengar berita tentang wafatnya seorang ulama, betapa setiap dada mukmin pasti bergetar, khawatir kalau-kalau yang patah takkan tumbuh dan yang hilang takkan terganti. Dalam suasana berkabung seperti itu biasanya doa senada Nabi Zakaria di atas rasanya relevan dan seharusnya terdengar lebih nyaring.

Demikian kira-kira gambaran situasi keresahan umat Islam di Kalsel khususnya di Martapura sekarang ini, dilihat dari kacamata keprihatinan akan semakin langkanya ulama.

Kelangkaan ulama selalu diperbincangkan masyarakat banua Banjar, semenjak ulama-ulama di daerah ini satu persatu dipanggil Allah SWT dan yang serasa baru saja dipanggil adalah Al-Mukarram KH.Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang akrab kita panggil Guru Sekumpul, pada hari Rabu 5 Rajab 1424 Hijriyah atau 10 Agustus 2005, tiga tahun lalu. Martapura berduka pada saat itu, betapa tidak seorang putra terbaiknya yang selama ini menjadi panutan, rujukan bahkan “idola” umat telah berpulang ke rahmatullah, menghadap Ilahi Rabbi. Di tengah kelangkaan dan tanda tanya siapa gerangan “pewaris” Sekumpul, hati yang pilu penuh duka cita tak dapat disembunyikan, bahkan hingga kini.

Read the rest of this entry »

Comments (33)

Older Posts »