Sosok ulama waratsatul ‘anbiya satu persatu meninggalkan dunia fana ini, sementara generasi penerusnya (dalam kualitas sama) sulit didapat sekarang, bahkan hampir terbilang langka. Kepergian ulama meninggalkan dunia ini adalah salah satu tanda-tanda akhir zaman. Maka semakin “gelaplah dunia” ini karena ketiadaan ulama yang selama ini sebagai ‘pelita’ dunia.
Empat tahun lalu, Rabu 10 Agustus 2005, bertepatan 5 Rajab 1424 H, seorang ulama besar yang punya kualitas sosok warasatul ‘ambiya (pewaris nabi) telah dipanggil Sang Khaliq, dia Al-Mukarram KH.Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang akrab kita panggil Guru Sekumpul, seorang ulama besar terkenal di Kalimantan.
Martapura berduka pada saat itu, betapa tidak seorang putra terbaiknya yang selama ini menjadi panutan, rujukan bahkan “idola” umat telah berpulang ke rahmatullah, menghadap Ilahi Rabbi. Di tengah krisis dan tanda tanya siapa gerangan “pewaris” Guru Sekumpul, rasa prihatin dan duka tak dapat disembunyikan, bahkan hingga kini.
Demikian juga kira-kira gambaran situasi keresahan umat Islam di Kalsel khususnya di Martapura sekarang ini, dilihat dari kacamata keprihatinan akan semakin langkanya sosok ulama panutan warga banua.
Persoalan mendasar yang mungkin inheren dengan krisis ulama dewasa ini, karena beban dan tugas mereka yang begitu berat dalam mengayomi umat untuk tidak terpecah-belah. Pada dasarnya ulama memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan bangsa, hal ini karena ketokohannya di bidang ilmu agama dan merupakan panutan masyarakat.