Mengamati riuh rendahnya dunia media sosial, tak dipungkiri, tagar atau hashtag punya peran besar dalam meramaikannya. Gara-gara tagar, banyak peristiwa di dunia menjadi populer dan mampu menggerakkan massa. Sekedar menyebut contoh, saat tagar menjadi salah satu alat penggerak revolusi Mesir, Januari 2011. Tagar #jan25 di Mesir meningkat seminggu sebelum Presiden Hosni Mobarak lengser.Peran generasi milenial, yang merupakan 60% dari pengguna internet di Mesir, diyakini sangat besar. Merekalah yang berkumpul di Tahrir Square, Kairo, menuntut turunnya Mobarak setelah 30 tahun berkuasa.
Masih ingat tagar #KoinKeadilan yang dibuat untuk menyatakan simpati kepada Prita Mulyasari yang harus membayar denda kepada RS Omni karena ia didakwa mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut. Masyarakat yang simpati pada Prita ramai-ramai mengumpulkan uang koin, hingga akhirnya terkumpul dana yang terhitung fantastis.
Tagar #telolet atau #OmTeloletOm, bisa dengan cepat viral hingga menjadi trending topic dunia selama dua hari, meskipun bukan topik yang penting. Namun, topik ‘yang tidak penting’ ini jugalah yang membuat dunia media sosial yang penuh perbedaan dan kebencian menjadi lucu dan menyenangkan.