Archive for December, 2012

Wisata Religi, Alternatif Liburan Warga Banua

mesjid-mtp

Kebudayaan Indonesia diilhami oleh  banyak hal, di antaranya adalah nilai-nilai agama. Bersatunya nilai agama dalam kebudayaan melahirkan tradisi keagamaan yang salah satunya berwujud “ziarah”. Ziarah memiliki tradisi panjang dalam sejarah perkembangan agama Islam. Dalam perjalanannya, perilaku keagamaan ini sempat dikecam karena dianggap sebagai praktek syirik.

Tradisi ziarah ini tidak hanya monopoli umat Islam. Umat agama lain juga memiliki tempat-tempat ziarah suci. Antusiasme masyarakat mengunjungi tempat-tempat “sakral” menjadikan ziarah tidak hanya urusan ritual keagamaan, tetapi lebih mirip wisata. Sudah ada unsur ekonomi, sosial dan budaya. Kegiatan ini populer disebut dengan “wisata religi” atau wisata rohani. Kegiatan ini bagi masyarakat tertentu sudah dilakukan turun-temurun.

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, tak terkecuali peninggalan di bidang keagamaan yang meliputi semua agama yang ada di Indonesia. Peninggalan atau situs-situs tersebut termanifestasikan dalam berbagai bentuk, seperti makam (yang memiliki nilai tersendiri dalam masyarakat), bangunan-bangunan seperti masjid, gereja atau candi yang semuanya menjadi saksi kebesaran sejarah bangsa Indonesia.

Kalimantan Selatan sendiri memiliki beragam destinasi wisata religi yang menarik dan sarat nilai sejarah. Mesjid Raya Sabilal Muhtadin, Mesjid Agung Al-Karomah Martapura, Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kelampaian), Makam KH. Zaini Ghani (Guru Sekumpul) Martapura, Mesjid dan Makam Sultan Suriansyah, Makam Datu Sanggul, Makam Datu Nuraya di Tatakan Rantau, dan lain-lain yang selalu dikunjungi puluhan ribu peziarah setiap tahunnya. Keberadaan tempat-tempat tersebut jelas merupakan sebuah potensi wisata religi di Tanah Banjar dan bisa menjadi alternatif untuk mengisi liburan akhir pekan, libur sekolah atau tahun baru.

Menikmati wisata religi di Kalimantan Selatan, tidak lengkap tanpa mengunjungi Mesjid Sultan Suriansyah. Mesjid bersejarah yang merupakan mesjid tertua di Kalimantan Selatan. Mesjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Mesjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Bersama Pusaran Sekumpul

guru sekumpul mtp

Menatap sosok teduh di foto itu, saya membayangkan beliau masih berada di antara kita. Di sela ratusan orang yang memadati jamaah pengajian dan maulid yang rutin diadakan, di komplek Sekumpul, Martapura Kalimantan Selatan. Tapi hari itu lain. Ribuan orang melantunkan shalawat, menangis sesegukan, bertahan berjam-jam sedari subuh, bertarung melawan panas menyengat langit Sekumpul, Martapura.

Saya tak hendak mengulang memori itu, seperti sebelum hari ini. Tapi bayangan-bayangan itu berkelebat dari otak. Duhai… saksikan, dengarkan tahlil dan tahmid mereka, saat tubuh Sang Aulia disongsong beramai-ramai.

Ya, hari itu. Tak bisa persis saya ceritakan siapa saja yang hadir. Di dalam mushala, menunggu beratus kiai sepuh dan habaib, yang akan memimpin shalat jenazah. Doa dan lantunan shalawat melantun di udara seperti dengung lebah. Gelombang jamaah yang hendak menyalati susah dihentikan. Mereka berdiri memadati ruangan dalam mushala sampai pekarangan.

Jenazah beliau bagai magnet. Ribuan mata dan perhatian pelayat tertuju kepadanya. Mereka semua memberikan penghormatan terakhir. Ribuan masyarakat dari seantero penjuru negeri berduyun-duyun menyaksikan pemakaman.

Jenazah yang mulia itu kemudian dihantar ke tempat peristirahatan terakhir, di kompleks pemakaman yang tidak jauh dari mushalla Ar-Raudhah, berkumpul dengan makam almarhum KH Seman Jalil, kemudian paman beliau Alimul fadhil KH Seman Mulia,dan makam ibu beliau yang telah lebih dulu menghadap Sang Pencipta.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Menyongsong “Banjarbaru Book Fair” 2013 Yuk, Jadikan Buku Sebagai Menu

banjarbaru-book-fair

Kabar gembira untuk pecinta buku di banua! Pesta pameran buku yang lebih dikenal dengan istilah ”Book Fair” akan digelar di Kalimantan Selatan, tepatnya di Kota Banjarbaru. Pihak Perpustakaan dan Arsip Daerah (Pustarda) Kota Banjarbaru sedang mempersiapkan event bergengsi “Banjarbaru Book Fair 2013”, setelah sebelumnya sukses menggelar kegiatan gerakan “Banjarbaru Membaca” yang menghadirkan Duta Baca Nasional, Andy F Noya dan Novelis Andrea Hirata pada bulan Juli 2012 lalu.

Kepala Pustarda Kota Banjarbaru Dra. Hj. Nurliani M.AP mengatakan, pelaksanaan Banjarbaru Book Fair 2013 yang dihelat di Kota Banjarbaru akan dilaksanakan pada tanggal 30 Maret sampai 7 April 2013 mendatang. (Radar Banjarmasin, Rabu (5/12). Event ini seyogyanya akan mampu mendorong (kembali) bergairahnya dunia perbukuan di Tanah Banjar.

Selama ini kita mungkin hanya mengenal “Indonesia Book Fair” (IBF), sebuah event tahunan yang diselenggarakan oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat Jakarta. Pada tahun 2012, Indonesia Book Fair sudah memasuki tahun ke-32 dalam penyelenggaraannya. Kegiatan akbar yang  didukung oleh Perpustakaan Nasional RI ini telah menjadi agenda tahunan para bibliofil dan menjadi pameran buku international yang paling lengkap, terjangkau, menarik, dan sangat kreatif.

Event yang inspiratif ini selalu diikuti para penerbit dari dalam dan luar negeri, badan-badan perpustakaan daerah se-Indonesia, penyalur dan toko buku, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, pusat kebudayaan, dan komunitas perbukuan. Selain menghadirkan beragam tema buku, mulai dari buku anak dan remaja, buku umum, buku pelajaran, buku agama, dan lain sebagainya. IBF juga disemarakkan oleh berbagai acara pendukung, mulai dari Wisata Buku, Launching Buku, Seminar, Bedah Buku, Talkshow dan Jumpa Penulis, Lomba Mading, dan lain sebagainya.

Read the rest of this entry »

Comments (4)

“Mencipta” Bencana di Tanah Kalimantan

kalimantan2

Kalimantan Selatan diguncang gempa! Demikian bunyi pemberitaan sejumlah media massa banua beberapa waktu lalu. Sekurangnya tiga kabupaten di wilayah ‘banua enam’ (Tanjung, Paringin dan Barabai) diguncang gempa berkekuatan 4,8 skala richter. (Radar Banjarmasin, Rabu 5/12). Getaran gempa juga sempat dirasakan oleh sebagian warga di kota Banjarmasin. Belum diketahui secara pasti penyebab dugaan “gempa” yang menghebohkan masyarakat di ‘pedalaman’ Kalimantan Selatan tersebut.

Meski tak semarak pemberitaan tentang ‘krisis’ listrik di Kalimantan Selatan, peristiwa ‘gempa’ tersebut tak pelak membuat saya kembali merenung. Kala menatap deretan peta Nusantara, seperti ada sesuatu yang rawan menyerang perasaan saya. Bila disadari, deretan kepulauan Nusantara sekilas persis seperti bilah lidi atau korek api yang disusun oleh anak-anak dalam permainan mereka. Dari perenungan sederhana, saya berani berkesimpulan, seandainya pulau Kalimantan rusak atau hancur maka ‘bilah lidi’ kepulauan Nusantara akan patah.

Memang tak ada hubungannya antara kepedihan hati saya ketika melihat hutan-hutan yang rusak, bencana banjir, sungai dan hutan yang tak lagi ‘berfungsi’ seperti dulu. Tapi saya merasa harus mengungkapkannya. Hal itu tidak lain karena pulau Kalimantan tertumpu pada satu pegunungan Muller. Pegunungan besar yang kakinya berada di empat propinsi di Kalimantan dan Malaysia. Kalimantan Selatan memang agak jauh, tapi berada di sekitar pegunungan Meratus yang juga merupakan rentetan kecil dari kaki pegunungan Muller yang besar.

Read the rest of this entry »

Comments (1)

Beribu Cara Mencintai Banua

love banjar

Setiap kali ditanya seberapa besar kecintaan saya terhadap tanah Banua Banjar, maka jawaban saya: sebesar kecintaan saya kepada kopi yang biasa saya minum. Cara saya mencintai ‘racikan’ kopi itu serupa dengan cara saya mencintai banua, ada pahit dan ada manis di dalamnya.

Mencintai ‘sisi manis’nya banua dalam arti saya sangat bersyukur dilahirkan di daerah yang diberkahi dengan kekayaan alam yang eksotik dan berlimpah, serta memiliki budaya khas yang begitu membanggakan. Saya pun mencintai sisi pahitnya, di mana tak bisa dipungkiri bahwa beragam persoalan masih terus menjadi tantangan bagi usaha memajukan banua di masa mendatang. Kesenjangan sosial, pemerataan pendidikan, kemacetan lalu lintas, angka kriminalitas, degradasi nilai dan macam-macam lainnya.

Tapi bukankah hidup memang tak bisa lepas dari masalah? Jalanan tidak selalu lurus dan datar saja. Sekali waktu harus berkelok, menanjak, dan menurun. Sehingga yang penting adalah bagaimana kita membangun kesiapan diri untuk menghadapi dan mengatasinya. Maka bagi saya mencintai ‘sisi pahit’ banua itu juga penting, dalam arti untuk menjadi pengingat diri dalam membangun kepedulian sosial, melatih kepekaan hati dan membakar semangat untuk berani berbuat hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi tanah banua tercinta.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Kandangan; Menuju Kota Religius (Sahibar Harap untuk Hari Jadi Kabupaten HSS)

tugu kandangan

Kandangan, sebuah kota legendaris dengan bentangan sejarah yang cukup panjang. Kota yang terkenal dan begitu familiar di telinga para traveler, fotografer, petualang atau penikmat kuliner. Semua yang ada di Kandangan ibarat ‘studio alam’ fotografi, surga petualangan yang menawarkan keindahan dan memacu adrenalin, serta food court yang begitu luas bagi penikmat kuliner tradisional.

Berjuta pesona yang “luar biasa” siap menyambut Anda para pencari surga eksotisme alami, perpaduan keindahan daerah pegunungan dan rawa berpadu dengan keelokan sungai yang asri menjadi awal perjalanan Anda menapaki satu persatu pesona karunia Tuhan Yang Kuasa tersebut.

Kandangan, ibukota kabupaten Hulu Sungai Selatan ini pada tanggal  2 Desember 2012 genap berusia 62 tahun. Beragam generasi silih berganti melampaui tahun dan beribu hari menyusul hari esok mendiami bumi Antaluddin dengan segala dinamika yang bergelut di dalamnya.

Seiring zaman, kota Kandangan kini berkembang tidak lagi sekedar kota penghubung, namun ditahbiskan sebagai pusat pembangunan banua enam plus pegunungan, rawa dan perkotaan. Sebagai kota kabupaten, Kandangan tumbuh dengan ditunjang berbagai fasilitas dan sarana yang mendukung.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Waspada, Prostitusi Terselubung di Banua

no prostitusion

Kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan beberapa waktu terakhir menjadi pusat perhatian dalam kesan yang negatif. Kota “seribu sungai” yang selama ini dianggap bersetia pada nilai-nilai luhur dan religius, telah tercemari peradaban hedonis berkedok bisnis prostitusi terselubung.

Rasanya masih segar dalam ingatan, pemberitaan kasus prilaku seks bebas di kalangan remaja banua yang disinyalir mengalami kenaikan drastis dibandingkan data tahun-tahun sebelumnya. (Radar Banjarmasin,12/3/2012). Kini publik banua kembali dibuat tersentak. Seperti ramai diberitakan media lokal, pihak kepolisian berhasil mengungkap jaringan prostitusi kelas kakap berskala nasional beromzet jutaan rupiah. Para mucikari dan pekerja seks komersil (PSK)-nya tersebar di enam kota besar di Indonesia, dan salah satu jaringannya ada di Banjarmasin. (Radar Banjarmasin, 12/9/2012).

Bisnis pelacuran ini dikendalikan dari Surabaya dan Denpasar oleh seorang perempuan bernama Yunita alias Keyko (34 tahun). Dia menjalankan bisnis esek-esek tersebut secara online, dan mengklaim sudah memiliki jaringan mucikari di sejumlah kota yang sanggup menyediakan jasa PSK sesuai pesanan dengan tarif kencan yang dipatok relatif mahal, yang tentu ‘hanya’ bisa dinikmati kalangan menengah ke atas atau para ‘pejabat’.

Di banua sendiri, setidaknya menurut data yang terungkap, terdapat dua mucikari jaringan Keyko dengan jumlah anak buah tergolong fantastis, ratusan orang. Menandakan bisnis ini sudah menggurita di Tanah Banjar. Data yang membuat kita ”merinding” bisa jadi menunjukkan angka lebih besar, karena memang yang muncul ke permukaan hanyalah segelintir.  Ibarat fenomena gunung es, di bawahnya masih lebih banyak dan bahkan lebih ‘mengenaskan’ yang mewarnai banua ini. Lampu kuning untuk kita semua.

Read the rest of this entry »

Comments (1)

Sasirangan, Warisan Kebanggaan Banua

sasirangan-1

Kini setiap orang merasa bangga memakai sasirangan, tidak hanya yang tua tetapi juga yang muda. Gaung busana khas Kalimantan Selatan ini semakin ‘naik daun’ ketika salah seorang putra daerah Banjar yang go nasional, Dr. Denny Indrayana (sekarang menjabat Wakil Menteri Hukum dan HAM) kerap terlihat mengenakan sasirangan pada acara-acara formal kenegaraan. Artis Olla Ramlan waktu menjadi host acara musik di salah satu stasiun TV swasta, sempat pula terlihat pernah mengenakan busana khas kain sasirangan ini.

Sebagai salah satu hasil kebudayaan masyarakat Kalimantan Selatan, kain sasirangan diwariskan secara turun temurun. Kain ini oleh masyarakat Banjar digunakan untuk membuat pakaian adat, yaitu pakaian yang digunakan orang-orang Banjar baik oleh kalangan rakyat biasa maupun keturunan para bangsawan.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Menggugah Penerbitan (Buku) Lokal Banjar

bukudeposit2

Judul dalam tulisan ini sebenarnya hanyalah sebuah curahan ‘harapan’ menyikapi realitas banua dalam dunia penulisan dan penerbitan. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Kalimantan Selatan mempunyai bentangan sejarah dan problematika sosial, budaya dan keagamaan, dari zaman dahulu sampai periode kontemporer. Meski demikian, hanya sedikit yang berhasil didokumentasikan dan diterbitkan dalam bentuk karya tulisan (baca: buku).

Memang, beberapa pihak dengan latar belakang berbeda telah mulai berinisiatif dan bergiat dalam usaha penerbitan buku, khususnya yang berhubungan dengan tema-tema lokal, Tanah Banjar.

Namun, kita juga tidak bisa menutup mata. Banyak keluhanyang disampaikan oleh sejumlah kalangan, bahwa dunia penerbitan buku di Tanah Banjar ibarat kerakap tumbuh di batu. Hidup segan matipun tak mau. Seyogianya itu adalah keluhan kita bersama juga, terutama kaum intelektual banua ini.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Tanah Banjar: Menanti Intelektualisme Bersinar (Kembali)

intelektualitas banjar

Kegelisahaan utama berbagai kelompok masyarakat di belahan dunia mana pun adalah bagaimana mempertahankan identitas jati dirinya. Bagaimana suatu suku bangsa memelihara dan menjaga kelestarian nilai-nilai adiluhung yang diwariskan sehingga identitas tetap eksis di antara suku bangsa lain.

Persoalan-persoalan seperti itulah yang menantang saya ketika merenungkan kebudayaan Banjar.  Sebagai urang Banjar, kita sebenarnya tak ingin kehilangan jati diri sebagaimana kita tak ingin kehilangan aliran sungai yang selama ini menjadi ikon penghidupan kita. Namun keinginan hanya tinggal keinginan, ketika kita sendiri –sebagai warga banua- tidak berupaya merevitalisasi nilai-nilai adiluhung kebudayaan Banjar, di tengah tantangan yang semakin krusial seiring dengan menguatnya arus global.

Kadang kita sudah merasa cukup bangga dengan segala potensi dan capaian kejayaan banua, dan terus-menerus mengagungkannya tanpa ada ikhtiar memaknai “lebih dalam” segala hal yang “tak nampak” mata. Alih-alih demikian, sebagian dari kita malah kadang melupakannya.

Di balik itu semua, sebenarnya terdapat potensi besar yang dimiliki oleh Tanah Banjar untuk menjadikan banua ini sebagai pusat kegemilangan yang layak dibanggakan. Daerah ini telah melahirkan banyak tokoh andal dan terkenal dengan kiprah serta karyanya yang membuat orang selalu memperhitungkannya di panggung pentas politik, agama, sosial, ekonomi, seni atau budaya.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Mengaji; Ikhtiar Meneguhkan Kearifan Lokal Banjar

Mengaji

Beberapa waktu terakhir, kita menyaksikan semangat umat Islam di Tanah Banjar yang luar biasa dalam membangun tempat peribadahan. Masjid dan langgar hadir di mana-mana. Tidak sulit bagi seorang musafir setiap kali ingin melaksanakan shalat fardhu ketika tiba waktunya.

Konsekuensi logis secara kasat mata, banua kita Kalimantan Selatan disebut sebagai bumi seribu masjid. Hingga tahun 2009 lalu, jumlah tempat ibadah umat muslim di daerah ini mencapai 2.368 buah. Itu data yang terdaftar di Kementrian Agama Kalsel. Sedangkan tempat ibadah seperti langgar dan mushala, jumlahnya sudah tak terhitung lagi, berlipat-lipat kali dari jumlah masjid.

Tetapi, pertanyaan mendasar yang kemudian menyeruak di hadapan saya, dan mungkin Sampeyan semua adalah: seberapa jauh, masjid (dan langgar) itu berfungsi secara maksimal bagi masyarakat sekitarnya? Pertanyaan ini menjadi penting dikemukakan, karena ada gejala penyempitan dan pendangkalan makna dan fungsi masjid yang genuine bagi kehidupan masyarakat banua.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Selamatkan Moral Generasi Banua

moral remaja

Menarik mencermati pemberitaan media lokal beberapa pekan belakangan ini. “PNS Selingkuh Siang-siang”, demikian bunyi salah satu headline news di harian Radar Banjarmasin (Sabtu, 10/3/2012) dan “Lagi-lagi Mahasiswa Mesum” (Sabtu, 17/3/2012). Belum lagi menengok data-data yang terungkap mengenai prilaku seks bebas di kalangan remaja banua yang disinyalir mengalami kenaikan drastis dibandingkan data tahun sebelumnya. (Opini Radar Banjarmasin, Senin (12/3/2012).

Hal ini tentu tidak bisa dipandang enteng. Miris dan prihatin. Lebih miris ketika menyimpulkan ini sebuah bencana, ketika akibat yang ditimbulkan sudah mencapai skala luas. Lampu kuning untuk banua.

 Semakin seriusnya perilaku tak bermoral yang dilakukan kalangan yang notabene ‘terdidik’ –PNS, mahasiswa dan pelajar- memberi petunjuk akan semakin beratnya tantangan yang dihadapi para orang tua, guru dan pendidik.

Sampeyan dan saya, sebagai warga banua sangat prihatin dengan keadaan generasi penerus atau calon generasi penerus bangsa, yang tinggal, hidup dan dibesarkan di bumi Antasari ini, kini. Data dan fakta yang terungkap, mungkin cuma sebagian kecil saja yang muncul ke permukaan media. Ibarat fenomena gunung es, di bawahnya masih banyak kasus serupa dan bahkan lebih ‘mengenaskan’ yang mewarnai negeri ini.

Read the rest of this entry »

Leave a Comment