Waspada, Prostitusi Terselubung di Banua

no prostitusion

Kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan beberapa waktu terakhir menjadi pusat perhatian dalam kesan yang negatif. Kota “seribu sungai” yang selama ini dianggap bersetia pada nilai-nilai luhur dan religius, telah tercemari peradaban hedonis berkedok bisnis prostitusi terselubung.

Rasanya masih segar dalam ingatan, pemberitaan kasus prilaku seks bebas di kalangan remaja banua yang disinyalir mengalami kenaikan drastis dibandingkan data tahun-tahun sebelumnya. (Radar Banjarmasin,12/3/2012). Kini publik banua kembali dibuat tersentak. Seperti ramai diberitakan media lokal, pihak kepolisian berhasil mengungkap jaringan prostitusi kelas kakap berskala nasional beromzet jutaan rupiah. Para mucikari dan pekerja seks komersil (PSK)-nya tersebar di enam kota besar di Indonesia, dan salah satu jaringannya ada di Banjarmasin. (Radar Banjarmasin, 12/9/2012).

Bisnis pelacuran ini dikendalikan dari Surabaya dan Denpasar oleh seorang perempuan bernama Yunita alias Keyko (34 tahun). Dia menjalankan bisnis esek-esek tersebut secara online, dan mengklaim sudah memiliki jaringan mucikari di sejumlah kota yang sanggup menyediakan jasa PSK sesuai pesanan dengan tarif kencan yang dipatok relatif mahal, yang tentu ‘hanya’ bisa dinikmati kalangan menengah ke atas atau para ‘pejabat’.

Di banua sendiri, setidaknya menurut data yang terungkap, terdapat dua mucikari jaringan Keyko dengan jumlah anak buah tergolong fantastis, ratusan orang. Menandakan bisnis ini sudah menggurita di Tanah Banjar. Data yang membuat kita ”merinding” bisa jadi menunjukkan angka lebih besar, karena memang yang muncul ke permukaan hanyalah segelintir.  Ibarat fenomena gunung es, di bawahnya masih lebih banyak dan bahkan lebih ‘mengenaskan’ yang mewarnai banua ini. Lampu kuning untuk kita semua.

Fenomena ini tentu tidak bisa dipandang enteng, mengingat prostitusi atau pelacuran adalah masalah kehidupan yang serius. Berbagai hal sudah dilakukan pihak terkait untuk mengantisipasi makin berkembangnya bisnis esek-esek ini, tetapi para konsumen dari jasa layanan seksual ini seolah selalu hadir dan layanan seks komersial telah dianggap sebagai ‘kebutuhan’ pada sebagian masyarakat. Nauzubillah.

Penulis berasumsi bahwa masalahnya bukan pada perkembangan penjualan jasa seksual yang kini makin nyata, canggih dan terbuka di tengah publik, tetapi justru pada ‘kebutuhan pasar’ akan hal ini yang semakin sulit dihilangkan. Dapat dikatakan bahwa berbagai penyebab seperti masalah ekonomi, lingkungan, ketidakpuasan dalam pernikahan dan ‘coba-coba’ bagi anak muda yang belum mengenal pernikahan ditengarai menjadi penyebab meningkatnya kebutuhan akan wanita penghibur, meskipun konsumen harus rela membayar secara khusus dengan harga yang beragam.

Namun yang jelas, semua kembali lagi pada pelaku prostitusi itu sendiri dan para konsumen dari jasa seksual itu. Kesadaran etis untuk melihat secara arif hal ini adalah hal yang sangat diperlukan di samping berbagai pertimbangan yang hadir karena pandangan lingkungan, masyarakat, agama, pemerintah dan lainnya.

Untuk menghapus kegiatan prostitusi bukanlah hal yang mudah, karena sejak jaman Nabipun yang namanya praktik prostitusi memang sudah ada. Selama manusia masih mempunyai nafsu, selama alasan sosial masih menjadi momok, apalagi di negeri ini. Prostitusi akan terus ada di manapun tempatnya.

Selama ini dalam memberantas prostitusi yang dilakukan pemerintah terkesan hanya menimbulkan masalah baru dalam lingkungan masyarakat. Contoh yang sering kita dengar atau lihat, dalam prakteknya aparat pemerintah dengan petugas Satpol atau pihak Kepolisian hanya mengusir dan menggusur lokasi-lokasi prostitusi, dan para PSK yang tertangkap hanya dikenakan tindak pidana ringan, kemudian dibawa ke dinas sosial untuk diberi ketrampilan oleh dinas sosial. Padahal ketrampilan yang diberikan belum tentu dapat diterima dan diterapkan di lingkungan. Seperti pelatihan menjahit, menyulam, memasak dan lain-lain. Semua itu tidak bisa mendatangkan nilai ekonomi yang dapat merubah hidup mereka menjadi benar.

Dan masalah baru yang timbul, pada akhirnya mereka banyak mangkal di jalanan, prostitusi terselubung yang berada di perumahan-perumahan warga, kasus perselingkuhan di masyarakat naik, penularan HIV/AIDS menjadi tidak terpantau.

Mengatasi masalah prostitusi agar 100% hilang di muka bumi ini sangat tidak mungkin. Solusi yang kerap dilakukan pemerintah adalah dengan menyediakan lahan yang jauh dari lingkungan penduduk (lokalisasi), kemudian segala kegiatan prostitusi berpusat ditempat itu. Dalam hal ini, tentu ketegasan dari aparat hukum perlu ditingkatkan, jika ada kegiatan prostitusi diluar tempat yang sudah ditentukan harus ditindak tegas. Keuntungan yang diperoleh dari solusi tersebut, pemerintah dapat memantau kesehatan para pelaku prostitusi, penarikan pajak pendapatan dari tempat tersebut bisa lebih tinggi, karena itu juga dapat mengurangi sedikit demi sedikit para pelaku.

Sekarang sudah saatnya semua pihak, termasuk birokrat, peneliti, akademisi, agamawan, dan praktisi, duduk bersama dan berusaha menemukan solusi efektif untuk menyelesaikan masalah prostitusi.

Kita tidak perlu bersilang pendapat tentang ini dengan sikap yang terlalu emosional dan bertindak melebihi hakim, tetapi sebagai manusia yang hidup dengan berbagai kebutuhan, kita akan selalu diperhadapkan dengan beragam pilihan. Kita harus secara serius membicarakan masalah lain yang juga menentukan kasus pelacuran, misalnya dalam hal kemiskinan dan sulitnya mendapatkan pekerjaan. Bisnis prostitusi atau pelacuran adalah sebuah tanda ketidakmampuan untuk menghadapi kerasnya hidup, walau ada yang memang telah menjadikan dunia hitam ini sebagai tempat mencari uang atau ladang usaha.

Selain penerapan ajaran agama (Islam) dan kepedulian masyarakat, pembinaan mental dan keimanan juga harus dilakukan guna membentengi remaja dan generasi banua dari praktik-praktik prostitusi terselubung dan aneka budaya mesum lainnya.

Wallahu a’lam.

1 Comment »

  1. buat para hacker dan yg ahli komputer mohon situs2 porno di internet klo bisa di block aja ….buat para guru mohon perhatikan pergaulan anak didiknya …buat para kiai nasehati umatnya cara mendidik anak yang islamy..

RSS feed for comments on this post · TrackBack URI

Leave a comment