Sebentar lagi siswa-siswi tingkat terakhir dalam suatu jenjang pendidikan, mulai dari kelas VI SD, kelas IX SMP, dan kelas XII SMA/K, sederajat akan mengikuti Ujian Nasional (UN) yang seyogianya akan dilaksanakan pada bulan April tahun ini. Hiruk pikuknya pun sudah terasa. Tinggal ‘menghitung hari’, UN akan segera berlangsung. Berbagai macam persiapan pun dilakukan. Mulai dari kegiatan Try Out, Simulasi UN hingga Bimbingan Belajar (Bimbel).
Laris manis bak kacang goreng, kegiatan Try Out dan Bimbel dilaksanakan di sekolah-sekolah, mulai di kota kecil maupun di kota-kota besar, baik oleh sekolah, lembaga bimbingan belajar, atau pun LSM pendidikan. Dan intensitasnya belakangan ini semakin dimasifkan. Hal ini dilakukan tentunya agar siswa-siswi yang akan mengikuti Ujian Nasional lebih ‘siap tempur’ dalam mengikuti UN.
Try Out atau sering disebut TO bukanlah hal yang baru bagi siswa, guru atau pun orang tua. TO yang awalnya diadakan oleh lembaga Bimbel, sekarang sudah merambah ke sekolah-sekolah, bahkan pemerintah sendiri ikut serta memprogramkan kegiatan ini, yang biasanya dijadwalkan dua sampai tiga kali sebelum pelaksanaan UN.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh TO ini cukup besar karena siswa dilatih dan dikondisikan untuk mengerjakan soal dalam suasana seperti UN, baik dalam hal soal, waktu, lembar jawaban (LJK) sampai denah posisi duduk pun sudah ‘disetting’ seperti pelaksanaan UN sesungguhnya, sehingga siswa tidak panik ketika waktu UN tiba. Suasana UN sudah terkondisikan sejak awal.
Memang itulah yang diperlukan oleh siswa selain kesiapan dalam menjawab soal. Selain menguasai kisi-kisi soal (SKL) yang akan diujikan, siswa juga harus dipersiapkan mental dan spiritualnya untuk menghadapi UN. Ketidaklulusan dalam UN bukan hanya disebabkan siswa tidak bisa menjawab soal atau tidak belajar, tetapi bisa jadi karena panik, perlengkapan yang harus dibawanya ketinggalan atau hal-hal teknis lainnya sehingga konsentrasi siswa terganggu dan tidak fokus dalam mengerjakan soal-soal UN.