Archive for January, 2009

Seminar Motivasi Kepenulisan (Bersama Ersis Warmansyah Abbas & Penulis-penulis Banua)

Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang”

seminar-mtivasi

Pendahuluan

Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) MAN 2 Model Banjarmasin ke-11 tanggal 20 Pebruari 2009, MAN 2 Model Banjarmasin mencoba menggali kreatifitas guru yang masih terpendam. Banyak potensi yang belum tersalurkan khususnya bidang tulis menulis dan jurnalistik.

Kegiatan tulis menulis dan mempublikasikannya pada suatu media masa merupakan bagian pengembangan profesionalisme dan kompetensi yang perlu senantiasa dikembangkan. Sebab keterampilan menulis dan menuangkan suatu gagasan dapat dipelajari dan dilatih agar menjadi lebih terampil. Penuangan hasil karya guru dapat dimuat pada majalah dinding (mading), buletin guru dan surat kabar, bahkan bisa diterbitkan dalam bentuk buku.

Disadari atau tidak keterampilan menulis di kalangan guru saat ini terkesan kurang diminati. Hal ini setidaknya dapat kita lihat dari kurangnya perkembangan mading atau buletin sekolah. Di sisi lain, ada anggapan dari kalangan guru, menulis merupakan “momok” yang menakutkan. Indikatornya dapat dilihat dari adanya stagnasi kepangkatan di kalangan pegawai fungsional yang bergolongan IV.a.

Menggugah semangat para guru untuk menulis memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Walaupun sebenarnya profesi guru tidak lepas dari aktivitas tulis menulis. Mulai dari menyiapkan Silabus, Program Tahunan, Program Semester atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sampai evaluasi belajar siswa, semuanya tak lepas dari tulis menulis.

Salah satu faktor yang membuat gairah guru untuk menulis susah berkembang, adanya anggapan yang keliru di kalangan guru tentang aktivitas tulis menulis ini.

Pertama, anggapan bahwa menulis itu sulit dan membutuhkan bakat dan keterampilan khusus.

Kedua, guru tidak punya banyak waktu untuk menulis. Sebagai pendidik dan pengajar, tentunya cukup sulit bagi guru meluangkan waktunya untuk menulis. Namun kalau mau jujur di sinilah sebenarnya guru menemukan banyak ide, tantangan dan peluang.

Ketiga, tidak adanya wadah yang representatif. Salah satu faktor penghambat/ penyebab kurang bergairahnya guru menulis adalah tidak adanya wadah yang representatif dari sekolah atau pihak-pihak terkait, walaupun hanya berbentuk sebuah mading/ buletin sekolah.

Selain itu juga karena kurang adanya sentuhan spirit/ rangsangan atau penghargaan misal, berupa kredit poin untuk menunjang karir guru. Atau ada forum tertentu dari lembaga yang kompeten yang bisa menampung dan mewadahi ide-ide guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kalimantan Selatan.

Menyadari akan permasalahan di atas, maka MAN 2 Model Banjarmasin terpanggil untuk melaksanakan seminar motivasi menulis bagi para guru se-Kalimantan Selatan.

Read the rest of this entry »

Comments (41)

Sognando Palestina

sognando

Senja belumlah lengkap. Masih tersisa semburat sore yang berkilau merambahi bangunan-bangunan rapuh dan tinggal menunggu runtuh. Kilau matahari tak nampak garang, keangkuhannya hanya tinggal sisa-sisa endapan pada biru langit yang menghampar luas.

Sesekali mentari redup, menyelinap pada atap-atap kabut kelam. Deras angin musim dingin bersatu-padu merontokkan panas yang menghujam bumi. Menebarkan kebekuan tubuh dan menusuk-nusuk dengan rasa kelu pada setiap gang dari pori-poriku.

Aku merekatkan jelabiyah-ku, menghalangi udara dingin yang datang mengepungku dari berbagai penjuru tubuh. Sesekali menutup mukaku yang tiba-tiba disergap oleh debu yang mengepul, bertebaran di udara, menghantam bangunan yang tak berpenghuni. Hanya tersisa tembok yang bolong-bolong dan himpitan reruntuhan ditimpa sinar mentari, hingga menyisakan bayangan yang absrak dari bangunan itu.

Bangunan itu masih seperti dulu. Sepi tetap merambahi setiap bongkahan cor yang terasingkan. Pandanganku turun. Ada sesuatu yang mengajakku untuk segera menekuri jalan di depanku. Suatu goresan luka dari bangunan itu terkuak lagi dalam benak. Hingga aku tak mampu menapaki bangunan itu. Kenyataan menyelipkan berbagai buncahan bayang-bayang yang saling berebutan tempat dalam otakku. Kemudian dalam hitungan menit, hatiku seperti dihujani kejadian yang telah lama membatu.

Deretan peristiwa yang sangat kelam dalam sejarah hidupku terkuak. Sekelam senja sore itu yang tiba-tiba terdengar jerit histeris dari berbagai orang. “Israel menyerbu! Israel menyerbu!” Pekik suara itu bergaung, menggema ke angkasa dan menggetarkan jiwaku. Gelegar suara itu melenyapkan kehangatan senja yang mulai redup ke pangkuan bumi ujung barat. Diikuti derap langkah yang tak beraturan menuruni tangga apartemen. Kaki-kaki mereka membuat riuh dan keruhnya senja.

Read the rest of this entry »

Comments (21)

Sisigan Luka Sungai Martapura (1)

Prolog

sungai-martapura

Menapak Banjarmasin adalah menapak kota tua dengan sejuta impian yang tengah sibuk berbenah. Seperti galuh yang baru belajar menggoreskan gincu ke bibir mungil, dan mematut diri dengan roncean sekar melati yang disematkan ke sanggul rambut.

Ah, sejuta impian? Salahkah jika termaktub dalam pilar pikirku ketika itu? Sekian tahun menghirup aroma sejukmu dan bercanda dengan harmoni yang menyentuh ruang asa. Kini kusapa kembali engkau, “Selamat malam.”

Meniti kembali remang di tepian sungai Martapura, aku seperti terpenjara di labirin yang menggemakan suara-suara. Ada deringan syahdu Kitaro, “Koi” yang menancapi gendang telinga. Ada petikan gitar melankolisnya Ebiet. Terngiang “Ballade Pour Adeline”-nya Richard Clayderman. Pun ada mamang kata halus memukau.

Aku seperti merasakan keasingan yang aneh. Perkembangan kota ini begitu pesat. Lapangan bola tempat dulu aku suka bergumul dengan gerimis, kini tak menyisakan satu ruang pun.

Siapapun yang pertama kali menginjakkan kaki di bumi Antasari pada saat ini, sangat mungkin akan kecewa jika ingin menyaksikan nuansa kehidupan unik urang Banjar. Di pesisir kota yang sedang tumbuh, panorama yang dominan adalah jajaran gedung, ruko dan hunian penduduk dengan arsitektur dan bahan bangunan modern. Jangan berharap akan dapat mendengarkan kefasihan menuturkan Hikajat Tanah Bandjar dan legenda Putri Junjung Buih, atau keharuan menyanyikan lagu Pambatangan dari bubuhan anak-anak banua.

Read the rest of this entry »

Comments (16)

(Lagi) Membangun Tradisi Menulis di Tanah Banjar, Mungkinkah?

banjar_menulis

Membaca riwayat hidup para penulis besar sering mendatangkan rasa iri hati. Ada pertanyaan yang datang mengganggu, mengapa mereka bisa menjadi terkenal, karya-karyanya dibaca di berbagai belahan bumi. Padahal, kemampuan yang sama juga dimiliki oleh putra-putri banua Banjar, namun sayang, mungkin belum ‘nasib’ mereka menjadi sepopuler para penulis yang melegenda.

Sebutlah Muhammad Quraish Shihab yang ahli tafsir al-Qur’an. Selain ahli tafsir, beliau juga bak mesin yang menelurkan ratusan tulisan-tulisan penting yang menjadi bahan kajian para pemikir. Sebut juga Nurcholis Madjid yang sudah almarhum tapi meninggalkan ‘warisan’ pemikiran yang tertuang dalam ratusan karyanya. Belum lagi para penulis lain seperti Pramoedya Ananta Toer yang melegenda sebagai sastrawan sepanjang jaman, buah pikirnya begitu fenomenal bahkan diburu banyak penikmat sastra sejarah.

Adakah akademisi atau para pemikir Banjar produktif dalam menulis karya-karya penting? Terus terang, saya langsung teringat kepada sosok dan figur cendekiawan dan intelektual Banjar. Ada Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA, Prof.Dr. HA. Fahmi Arief, MA, Dr. H. Karyono Ibnu Ahmad, Dr. H. Abdurrahman, SH.MH, Dr. H. Muhammad Hasyim, Dr. H. Mukhyar Sani, Dra. Hj. Masyitah Umar, M.Hum, (untuk menyebut sekedar nama) dan lain-lain.

Mengapa beliau-beliau tidak menulis “seproduktif” Pak Qurais Shihab?, padahal mereka memiliki kemampuan yang sulit dicari tandingan. Dengan banyak menulis, Pak Quraish telah dikenal secara nasional bahkan internasional.

Read the rest of this entry »

Comments (11)

Mengubah Dunia Dengan “Kurihing”

smile

Kurihing“. Satu kata ini sederhana dalam segala hal, namun memberikan kekuatan yang tak terkira.

Dalam hal pelaksanaan, kurihing adalah aktifitas sederhana untuk dilakukan. Hayo, siapa sih orang hidup di dunia ini yang tak bisa takurihing? Orang miskin maupun kaya pun bisa takurihing, karena kurihing tak membutuhkan modal, kecuali niat dan ketulusan hati.

Manusia pintar dan tidak pintar sama-sama bisa takurihing karena untuk bisa takurihing tak perlu sekolah. Sejak kita lahir, orang-orang di sekeliling kita telah menyambut kita dengan kurihing lebar, sekaligus mengajarkannya pada kita. Sakit atau sehat, cacat ataupun normal, semua orang masih bisa takurihing, karena ia tak membutuhkan usaha luar biasa. Cukup menarik kedua ujung bibir ke atas sedikit. Kecuali jika sakit dan cacatnya seputar mulut.

Secara fisik, takurihing dapat membuat kita selalu dalam kondisi riang. Bobby De Porter dalam bukunya Quantum Learning mengatakan bahwa sikap tubuh seseorang dapat mempengaruhi perasaan atau mood seseorang sebagaimana perasaan juga mempengaruhi sikap tubuh seseorang. Ayo kita coba. Anda sedang sedih atau marah. Kemudian usahakan menarik ujung kedua bibir anda keatas, membentuk sebuah kurihingan. Dan tanyakan pada hati anda dengan jujur: Apakah anda masih tetap merasa sedih seperti semula?

Read the rest of this entry »

Comments (7)

Quo Vadis Kota Banjarmasin?

opera_house

Apa yang dibanggakan sebuah kota di Eropa mengenai kemodernannya?  Gedung arsip, perpustakaan, dan gedung opera. Bangunan-bangunan tersebut dianggap sebagai representasi dari tingginya peradaban, yakni bangsa yang mengerti sejarah masa lalu, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, dan menaruh perhatian pada seni-budaya.

Lalu apa yang dilakukan oleh negara tercinta ini-lebih dekat lagi Banjarmasin-agar bisa menyandang label kota metropolitan? Jawabannya adalah membangun mall dan hypermarket di mana-mana, seolah-olah ingin mengatakan bahwa ciri manusia modern yang maju adalah orang-orang yang berorientasi belanja, membuat pasar malam, dan bangunan-bangunan wah lainnya.

Sementara tiga pilar yang dipentingkan orang Eropa tersebut terkesan disepelekan saja. Coba, di mana gedung arsip sejarah kita? Agaknya museum Lambung Mangkurat belum memenuhinya, naskah-naskah dan peninggalan sejarah kita sebagian besar “terserak” entah di mana.

Perpustakaan, sudahkah perpustakaan daerah yang terletak di Jalan Ahmad Yani memberi kontribusi optimal untuk memenuhi kebutuhan bahan referensi ilmu pengetahuan masyarakat banua Banjar?

Lalu taman budaya sebagai pusat seni-budaya Banjar, sudahkah digarap sungguh-sungguh untuk menjadi tempat aktivitas seni-budaya yang mengakomodir kreativitas sekaligus hasrat estetis warga banua?

Read the rest of this entry »

Comments (6)

Randu dan Membangun Banjar dengan Buku

jazirah

Pada tanggal 21 Desember 2008, ketika saya bersama Suhadi dan Aliansyah bertamu (lebih tepatnya diundang) ke kediaman Ersis Warmansyah Abbas, saya berjumpa pertama kali dengan Randu Alamsyah, sang penulis novel “Jazirah Cinta”. Tak tanggung-tanggung, novelnya yang berlatarbelakang Kalsel mendapat pujian dari artis cantik Zaskia Adya Mecca.

Kesan pertama, ustadz Pondok Pesantren Darul Ilmi, Banjarbaru ini ternyata masih cukup belia. Lelaki kelahiran Manado 25 Juni 1983 dengan rambut sedikit gondrong. Pemilik nama asli Muhammad Nur Alam Machmud ini, konon menulis novel ketika dalam kondisi serba terbatas di tengah hutan. Diskusi dan perbincangan yang digelar membersitkan makna dalam hatiku, bahwa Randu adalah “anugerah” bagi Tanah Banjar.

Dengan bahasanya yang polos, cerdas dan apa adanya, ia menceritakan proses kreatifnya. Sebelum masuk dalam dunia tulis menulis, rupanya ia termasuk anak “pengembara” dan inilah yang diakuinya sebagai awal di mana ia mengenal dunia tulisan. Hampir seluruh kota besar di Indonesia sudah pernah disinggahinya. Woow…

Sehabis diskusi tersebut, pikiran saya kembali ke banua Banjar. Mungkinkah ada sosok Randu-Randu lain di propinsi yang terkenal dengan budaya mawarung? Yang lebih mementingkan “mulut” dibandingkan dengan otak sebagai wadah pikiran? (Mohon maaf kalau ada yang tersinggung,hehe).

Menonjolkan sosok Randu bukan berarti yang lain tak bernilai, namun lebih karena saat ini saya ingin membahasnya. Penasaran dengan novelnya, saya sempatkan waktu mengunjungi Toko Buku Gramedia Duta Mall Banjarmasin. Tak ingin pulang hampa, saya terpesona buku bersampul mempesona anak banua “Jazirah Cinta”, di antara jejeran ratusan buku novel cinta, dengan embel-embel pembangun jiwa.

Read the rest of this entry »

Comments (24)

Refleksi Blogging 2008, Inspirasi 2009

babyblog

Apa pendapat Anda tentang “menulis”? Saya kira akan ada jawaban yang beragam ketika kita menemui pertanyaan semacam ini. Kalau saya sendiri akan menjawab, ”Menulis adalah sebuah investasi pikiran”. Ya, investasi.

Menulis adalah investasi pikiran, sekaligus pergulatan pengalaman, akumulasi kepercayaan diri, keinginan terus berada dalam “pesta” pemikiran, media ekspresi jiwa, dan pada ujungnya menggunakan tulisan sebagai refleksi kecintaan terhadap banua.

Teringat saya ketika dulu keranjingan menulis karena karya best seller bang Hernowo, sang penulis buku Mengikat Makna. Mulai saat itulah konsentrasi belajar lebih optimal terutama dalam hal tulis-menulis.

Kebanyakan saya menulis artikel seputar refleksi masalah sosial dan momentum keagamaan yang terjadi di banua Banjar. Berbagai tulisan, alhamdulillah mulai diterbitkan di beberapa media cetak. Tulisan pertama dimuat pada harian Radar Banjarmasin, tanggal 4 Pebruari 2008. Sebuah awal yang memberi semangat untuk terus berproses, menulis dan menulis.

Tulisan saya berikutnya mulai bermunculan di media massa lokal Kalsel, seperti Kalimantan Post, Barito Post, Mata Banua dan Sinar Kalimantan. Proses itu terus berlanjut hingga kini dan tidak tahu kapan dianggap berhasil atawa lulus. Dalam kurun waktu ini, naskah tulisan saya yang ditolak tentu lebih banyak dari yang dimuat, yang menggambarkan proses kreatif itu tidak selamanya berhasil seperti yang diharapkan.

Read the rest of this entry »

Comments (24)

Wahai Gaza, Darimu Kami Belajar (Dan Untukmu Kami Berdo’a)

rid-freepalestine

Nanar mataku membaca semua berita tentang penyerangan berdarah di wilayah Gaza. Bukan saja tak berkesudahan, tapi ini adalah genocide luar biasa kejam!

Kezaliman yang vulgar telah dipertontonkan Zionis Israel kepada masyarakat dunia. Bocah-bocah Gaza berderai air mata lantaran kehilangan orang tuanya, remaja-remaja Palestina bertumbangan di depan tank-tank serdadu Yahudi, dan kulit-kulit mungil itu bercucuran mengalirkan darah.

Lantas bagaimana dengan kita? Bukankah setiap mukmin itu bersaudara, lantas kenapa kita membiarkan mereka tak berhenti menyeka air mata darah?

Ketika anak-anak Palestina meregang nyawa ditembus peluru Israel, sedang apakah kita? Main basket? Tidur nyenyak? Atau, malah sedang tawuran dengan sesama saudara? Ironis bukan?

Juga, ketika anak-anak Palestina menderita di pengungsian akibat diusir dari negeri mereka sendiri, kita sedang berbuat apa? Main game, pacaran, nonton konser musik, atau malah sedang asyik melahap makanan “bule” di resto kelas wahid dengan harga selangit? Lalu, di mana rasa peduli kita terhadap saudara sendiri?

Read the rest of this entry »

Comments (9)