Guru, Episentrum Kebangkitan Nasional

Berita mengenai penderita gizi buruk terus meningkat. Kematian seorang ibu di Makasar beberapa waktu lalu bersama anaknya karena kelaparan makin membuat bangsa ini getir. Belum juga usai, seorang ibu di Tangerang meregang nyawa karena tak kuat berobat ke rumah sakit. Ia sakit dan tak punya biaya ke puskesmas. Karena sakit, sang ibu miskin ini tidak makan selama tiga hari. Bayangkan! Akibatnya pun fatal. Sang ibu meninggal dunia.

Bangsa ini perlu bangkit. Namun, dari mana kita memulai kebangkitan bangsa ini? Jawabannya: dari dunia pendidikan. Pendidikan diyakini bisa berdampak pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia.

Pendidikan juga diyakini bisa mengangkat derajat bangsa menjadi lebih beradab dan modern. Itu sebabnya, pendidikan menjadi kunci kebangkitan bangsa ini.

Dari sekian banyak elemen pendidikan, yang manakah yang bisa menjadi episentrum kebangkitan? Tak pelak lagi, elemen pendidikan yang paling penting adalah guru. Siswa tak ada artinya tanpa guru. Kepala sekolah tidak ada maknanya tanpa sosok guru. Fasilitas yang canggih dan modern tidak ada gunanya bila tak ada guru. Guru menjadi titik sentral kemajuan pendidikan dan kebangkitan bangsa. Tanpa guru, boleh dikata kemajuan pendidikan dan kebangkitan bangsa ini hanya sebuah fatamorgana.

Lantas, bagaimana seharusnya guru memainkan peran pentingnya ini? Setidaknya, guru harus memiliki dan menguasai tiga hal penting, yakni “mumpuni” (kompeten dalam bidang studi yang diajarkan, piawai dalam mengajar, dan menjadi teladan dalam perilaku (akhlakul karimah).

Tiga modalitas kekuatan guru inilah yang tidak boleh diabaikan, bila guru dianggap memiliki peran sentral dalam kemajuan dunia pendidikan dan kebangkitan bangsa. Guru harus menguasai ilmunya. Tanpa keunggulan ilmu (bidang studi yang ditekuni), guru sulit menghasilkan siswa-siswi yang pandai.

Guru memang bukan satu-satunya lumbung ilmu pengetahuan. Tetapi, kadar ilmu pengetahuan yang dimiliki guru sangat berpengaruh dalam mendorong siswa untuk terus belajar dan belajar sepanjang hayatnya.

Dengan demikian, bukan mustahil akan terjadi sebuah revolusi pendidikan yang pada akhirnya menjadi awal terjadinya “Kebangkitan Nasional di Indonesia yang berbasis pada guru”. Bagaimana dengan Bapak dan Ibu Guru, apakah sudah siap mengaplikasikan peluang dan tantangan ini??

Harus ada suatu gebrakan dan kemauan yang serius untuk melakukan perubahan agar dunia pendidikan di Indonesia menjadi lebih dinamis dan akseleratif. Bukan hanya menyangkut aspek ekonomi (anggaran), kurikulum (materi dan sistem), dan atensi pada SDM pendidikan saja, namun juga kepada hal-hal yang bersifat revolusioner agar cita-cita untuk mencetak sumber daya manusia yang handal dan mumpuni, dapat menjadi nyata adanya. Diharapkan pendidikan di Indonesia dapat benar-benar menjadi tonggak akselerasi kebangkitan nasional di era globalisasi sekarang ini.

Semoga!!!

1 Comment »

  1. Zul ... said

    Buka kembali sejarah Kebangkitan Nasional, sesungguhnya dirancak dan diikrarkan oleh kaum pendidik (baca: guru) pada masanya. Mereka adalah para intelektual dari sekolah-sekolah bergengsi hingga mengkristal dalam Budi Utomo.

    Jadi, jika 100 tahun Kebangkitan Nasional ini kembali mengingatkan potensi dan keberpihakan kepada guru, maka itulah yang semestinya. Sekarang, siapa yang perduli?

    Tabik!

RSS feed for comments on this post · TrackBack URI

Leave a comment