Meneladani Muhammad Sang Reformis Sejati

”SHALAWAT serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.” Kalimat ini layaknya pepatah yang terkesan sudah menjadi lagu wajib bagi para dai manakala mengawali ceramahnya. Hal itu ternyata bukanlah sebuah omong kosong yang tidak mempunyai dasar. Karena berdasarkan catatan sejarah versi manapun mengakui kelahiran (Nabi) Muhammad-lah yang membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia ini.

Sebagaimana Raymond Lerouge dalam Lavie De Mohomed, mengakui Muhammad adalah promotor revolusi sosial dan revolusi internasional yang membawa nilai-nilai keadilan dan nilai-nilai persaudaraan. Thomas Carlyle dalam On Heroes, Hero, Worship and the Heros in History, Muhammad diakui sebagai pahlawan sejarah nilai-nilai kemanusiaan (humanis). Bahkan Annie Besant dalam The Life and Teachings of Muhammad, meyakini Muhammad seorang nabi terbesar dari sang Pencipta.

Oleh karena itu, kita sebagai umat Muhammad kiranya tidak berlebihan manakala kita menghendaki meneladani perilakunya termasuk meneladani gaya kepemimpinannya.

Modal Muhammad

Semenjak lahir Muhammad sudah mengalami sebuah akumulasi keprihatinan sebagai awal perjuangannya baik lahir maupun batin. Akumulasi keprihatinan tersebut nampak dari kondisi Arab yang memang benar-benar jahiliyah yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Di samping cobaan-cobaan bertubi-tubi yang menimpa Muhammad yang dirasakan semenjak kelahirannya.

Namun dengan bekal akhlakul karimah yang menjadi konsideran pengangkatan kenabiannya dan kesabaran serta bekal nilai-nilai kejujuran dan keadilan yang mengintegritas pada kepribadian Muhammad yang mendapat julukan ”Al-Amin”, Muhammad sebagai pemimpin umat (pada waktu itu) terbukti berhasil melakukan reformasi sosial moralitas masyarakatnya yang sudah di ambang kehancuran.

Melalui pergumulan panjang dan perjuangan keras yang terencana dan sistematis dengan berdasarkan pilihan strategis humanis, Muhammad berhasil memulai membentuk masyarakat sosial yang pertama yang reformis. Peristiwa ini terjadi ketika Muhammad melakukan perjalanan hijrah bersama Abu Bakar dari Makah yang tidak langsung masuk Madinah, namun berhenti sejenak di Quba dan mendirikan masjid. Di saat itulah Muhammad menyatukan golongan Anshar dan Muhajirin, yang merupakan embrio kemunculan bentuk masyarakat madani.

Kemudian sesampai di Madinah, social framework yang reformis tersebut dikembangluaskan dengan langkah awal membangun masjid yang sekarang disebut Masjid Nabawi, Muhammad membentuk umat baru di Madinah yakni sebuah komunitas dalam wujud masyarakat egaliter yang berpegang pada ajaran akhlakul karimah dalam masyarakat muslim yang terbuka, masyarakat madani yang memandang jauh ke alam universal, alam yang melahirkan persaudaraan umat manusia atas dasar persamaan dan kesederajatan yang telah menjadi dasar ajaran tauhid dan kemanusiaan.

Pada bagian yang lain, dalam menyikapi golongan yang berbeda keyakinan termasuk golongan Yahudi, dibuat perjanjian tersendiri sebagai sesama manusia yang dikenal dengan ”Piagam Madinah” . Inilah yang dikenal dengan format masyarakat madani. Meminjam istilah W Montgomery Waat, keberhasilan Muhammad mendirikan komunitas di Madinah sebenarnya merupakan peletakan dasar-dasar negara modern.

Di antara bukti reformasi sosial yang Muhammad lakukan adalah Muhammad menikahkan Zaid (bekas budak yang dijadikan anak angkatnya) dengan Zainab (perempuan Quraisy yang masih anggota keluarganya sendiri) dalam sebuah ikatan perkawinan yang sama sekali baru. Ini sebuah reformasi sosial yang benar-benar menjungkirbalikkan tradisi aristokrasi (kebangsawanan) yang telah berjalan berabad-abad, dan mampu menggoyahkan apa yang disebut gengsi dan harga diri kekabilahan yang sepanjang perjalanan sejarah masyarakat Quraisy bahkan sepanjang sejarah umat manusia pada waktu itu, belum pernah terjadi.

Memang Muhammad adalah sosok yang ideal menjadi suri teladan, karena pada dirinya terdapat sifat-sifat ideal yang seharusnya dimiliki oleh kita sebagai khalifah fi al-ardi. Sebagaimana dalam kitab ”Min Akhlaq al-Rasul”, Abdul Muhsin bin Hamid al-Ubbad menyebutkan paling tidak ada enam sifat utama yang membawa keberhasilan Muhammad. Keenam sifat adalah sifat kasih sayang dan santun, rendah hati, murah hati, pemaaf-lapang dada, memberi nasihat, dan tegas-berani.

Empat Sifat

Di samping itu kepemimpinan Muhammad juga didasari pada empat sifat yang idealnya memang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Pertama adalah kejujuran. Dalam memimpin Muhammad dengan mengedepankan kejujuran, menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan. Kedua adalah dapat dipercaya. Dengan sifat ini Muhammad terbukti dapat menaruh kepercayaan perdamaian dalam ”Piagam Madinah” termasuk dengan kaum Nasrani waktu itu. Ketiga adalah al-fathonah – kadar inteligensi yang tinggi – kecerdasan terutama sebagai visioner. Keempat adalah al-tabligh – menyampaikan secara jujur dengan menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, walaupun dalam hal yang pahit sekali pun baginya.

Salah satu bukti perilaku dalam menegakkan keadilan adalah sebagaimana tercermin dalam haditsnya: ”Seandainya anakku Fatimah mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya”.

Keseluruhan sifat tersebut dapat diringkas dalam tiga kriteria yang harus dimiliki oleh pemimpin yang ideal. Pertama, mempunyai integritas yang tinggi yang menyangkut kejujuran, keberanian bersikap, dan hidup sederhana.

Kedua, mempunyai kapabilitas yang menyangkut kecerdasan, wawasan yang luas dan mampu melimpah wewenang secara baik.

Kemudian ketiga, mempunyai akseptabilitas (dukungan massa) yang berarti menyangkut bobot amanat dan kepercayaan masyarakat.

Oleh karena itu bagi bangsa kita Indonesia yang sudah lama mereformasi sosial namun masih mengalami anomi, kiranya sangat membutuhkan pemimpin-pemimpin yang benar-benar meneladani kepemimpinan Muhammad sebagai tokoh reformasi sejati, baik oleh pemimpin daerah maupun pemimpin nasional.

3 Comments »

  1. SQ said

    tidak heran bila M. Hart menempatkan Muhammad sebagai tokoh no 1 paling berpengaruh didunia, melampaui Newton, Isa AS, siddharta Gautama, juga Paul yang dikenal dengan Saulus.

    Muhammad di “I’D” bukan hanya sebagai prophet tapi juga leader yang patut menjadi panutan “tak tergantikan”.

    Terbukti setelah wafatnya beliau, reformasi itu sendiri mulai goyah setelah kepemimpinsn khalifah berada di tangan Ustman bin Affan.

    Pergolakan Islam semakin dahsyat setelah terbelahnya kekuatan antara Ali dan Muawiyah, Islam mulai kembali memasuki masa-masa kelamnya.

    Memang kemudian Islam sempat kembali berjaya di masa dinasti Abbasiyah, serta beberapa masa sebelum perang salib (crusade) terjadi.

    Setelahnya, bisa dilihat sampai sekarang.

    Rasul mungkin akan menangis melihat kondisi yang menimpa ummatnya.

  2. SHALEH said

    Memang tak ada satupun manusia yang sukses seperti Nabi Muhammad yg tlah berhasil merubah manusia menjadi lebih beradab.

  3. fatma said

    Meneladani Muhammad tidak sebatas pada akhlak saja, sebagaimana janji Allah Islam akan kembali jaya. tapi tidak akan mungkin hanya dengan memperbaiki akhlak saja, sebagaimana hijrahnya Rasulullah ke Madinah adalah dalam rangka menerapkan islam secara kaffah melalui institusi Daulah khilafah islamiyah. Wahai saudaraku kini saatnya untuk memperjuangkannya KHILAFAH ALA MANHAJINNUBUWAH

RSS feed for comments on this post · TrackBack URI

Leave a comment