A Letter From The Exciting Hours

pile-of-letters

Apa kabar, Kawan? Semoga sehat.

Mungkin kau bertanya tentang siapakah aku? Tetapi sungguh itu bukan soal penting yang harus kau ketahui. Bayangkan saja aku adalah seorang teman, yang tiba-tiba saja berkirim surat kepadamu.

Aku menulis surat ini di suatu tempat yang jauh. Dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Mungkin karena terlampau gairah. Bahagia. Untuk sesuatu yang nanti akan kau ketahui sendiri, bahwa ini semua bermula dari dirimu sendiri.

Surat ini aku tulis, ketika aku meniti kembali remang malam. Terjebak di labirin keasingan yang aneh. Perkembangan zaman begitu pesat. Hingga tak menyisakan satu ruang pun untuk lari.

*****

Baiklah, Kawan. Aku akan memulainya dengan sebuah fenomena di dunia tulis menulis. Bahwa kebanyakan penulis besar memulai karir kepenulisannya dengan catatan-catatan kecil dari apa yang mereka saksikan dan mereka rasakan dalam realitas kesehariannya.

Mari kita awali dari Newton.

Ketika Newton memaklumatkan sebuah teori yang kini dibaca banyak orang, sesungguhnya ia memulainya dengan sebuah penghayatan dan catatan tentang sebuah apel yang jatuh dari sebuah pohon. Kejadian biasa di keseharian. Dan mungkin bukan sesuatu yang aneh bagi orang-orang pada waktu itu, bahkan kita pun tentu akan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar dan biasa saja. Mungkin kita akan menyebutnya ”alamiah”, lumrah. Mungkin kita akan berkata, ”apa yang istimewa dari sebuah apel yang jatuh?”

Tapi tidak bagi Newton. Ia membuat sebuah pemikiran baru lewat sebuah pertanyaan: Bisakah apel tidak jatuh ke bawah? Ia tidak mempertanyakan; kenapa apel jatuh ke bawah?

Kita tidak akan berbicara teori gravitasi. Kita hanya akan bicara tentang paradigma keilmuan selalu dimulai oleh seorang ilmuwan, filosof atau pemikir dengan pemikiran yang serius dari apa yang terjadi di sekitar kehidupan mereka. Bukan kah Nabi Muhammad mendapatkan wahyu juga karena ia begitu banyak mempertanyakan realitas sosialnya. Sampai akhirnya beliau cenderung jadi orang yang bergulat dengan banyak pemikiran.

Stephen Hawking membuat teori tentang ”lubang hitam” yang menggemparkan itu tak serta merta mewujud begitu saja. Atau juga ketika bagaimana Toni Morisson mendapat penghargaan Nobel Sastra yang diimpikan banyak penulis dunia, sesungguhnya ia memulai semua itu dengan catatan-catatan kecil semasa sekolahnya.

Banyak contoh sebenarnya, yang aku sebutkan tadi adalah contoh dari sedikit orang. Sebenarnya akan lebih adil jika contoh itu diambil dari penulis Indonesia. Baiklah ini contoh terakhir. Aku ambil contoh penulis Indonesia yang fenomenal, yang buku-bukunya terjual dengan oplah yang sangat besar.

Emha Ainun Nadjib menurut HB Jassin adalah penulis jenius karena produktivitas dan style kebahasaannya. Kenapa ia bisa seperti itu? Sebab ia sangat intuitif untuk membuat catatan pergolakan pemikirannya sejak ia masih SMA. Emha selalu menulis di mana saja; di bangku sekolah, di bus, di tempat ia nongkrong, di tempat ramai, di tempat sepi, di tempat suci, sampai di terminal. Dengan cara itu ketajaman intuisinya terlatih. Ia cerdas mencermati dan menelaah permasalahan-permasalahan sosialnya.

Pada awalnya, mungkin Emha tak tahu buat apa tulisan itu. Perjalanan waktu kemudian membuktikan bahwa catatan-catatan itu bermanfat sebagai bahan-bahan yang sangat kaya dalam tulisan-tulisannya.

*****

Aku percaya bahwa kau bisa berbuat sesuatu untuk dirimu sendiri, keluarga, masyarakat, dan dunia ini dengan menuliskan sesuatu. Tentang apa? Apa saja yang kau rasakan, kau pikirkan, dan kemudian tulis.

Bagaimana memulainya? Tidak terlalu sulit sebenarnya bagi mereka yang serius. Yang penting itu tadi, mulailah dengan membuat catatan pergolakan pemikiran dan perasaan tentang realitas. Tidak melulu harus bertema besar. Ambil saja masalah-masalah kecil yang dilupakan banyak orang, tetapi sebenarnya penting untuk dikaji ulang. Dan ingat, sekecil apapun catatan itu, jangan dibuang. Suatu saat catatan itu akan menjadi kekayaan kita yang paling berharga.

Satu lagi; intensitas dan terus menulis adalah hal yang sangat penting. Artinya di situ kita berani memposisikan diri bahwa kita serius ingin menjadi penulis. Dan ibarat seseorang yang ingin jago dalam memainkan sesuatu maka ia harus sering berlatih.

Michael Jordan menjadi jago bermain basket karena ia berpikir bahwa ia berprofesi sebagai seorang pemain basket. Maka ia berlatih hampir lima jam sehari. Maradona menjadi seorang masterpiece di bidang sepak bola karena ia berlatih hampir lima hari dalam seminggu.

Oke, kawan. Aku bukan berarti menuntutmu untuk menjadi penulis. Tetapi betapa banyak kemungkinan dalam hidup ini untuk kita lakukan. Dan itu juga karena aku tahu, kau bisa melakukannya.

Aku agak tergesa harus segera berangkat ke suatu tempat. Lain waktu mungkin kita bisa bertemu. Lain waktu aku ingin bercakap banyak.

Sukses selalu untukmu, Kawan.

14 Comments »

  1. Siti Fatimah Ahmad said

    Assalaamu’alaikum

    Menulis memberi kita satu ruang untuk meluahkan segala apa yang ada di hati dan di minda. Menulis adalah satu terapi yang melega dan menenangkan. Segala emosi yang dihadapi boleh dirawat dengan menulis dan menulis.

    Saya suka sekali dengan surat ini. Sungguh asyik membacanya dan penuh dengan daya motivasi dalaman. Semoga kita akan terus menulis untukmenambah ilmu dan meningkatkan kemahiran bahasa dan gaya penulisan. Syabas kerana idea surat yang mengagumkan.

    Salam hormat dari Malaysia.

  2. oRiDo™ said

    artinya kita harus selalu profesional dalam melakukan segala sesuatu..
    berusaha dan berusaha..
    betul begitu?

  3. Ass.

    Suratnya sudah diterima, entah siapa yang membawanya, tahunya sudah ada di hadapan. Terima kasih telah berkirim surat, sangat istimewa karena saat ini jarang sekali ada orang yang menyisihkan waktunya untuk menulis sebuah surat yang pendek sekalipun.

  4. terima kasih atas suratmu, kawan.
    tak perlulah aku tau siapa kau, tapi kau jelas telah memberiku sebuah motivasi yang hebat. akan kusimpan surat ini untuk sesewaktu mengingatkanku bahwa tidak ada yang sia-sia sejauh engkau bersungguh-sungguh melakukannya.

  5. Semakin bermakna nich. Great

  6. tapi akyu tahu siapa kamyu hayooo…

  7. shalimow said

    salam kenal
    wah sebuah refleksi yang menarik untuk dibaca

    thanks ya infonya

  8. rasid09 said

    untuk siapa ? tulisan ente sudah ana baca yang terbit disalah satu media cetak hari senin tgl 16 maret 2009, sekali lagi siapa kah dia sahabat ana tunggu diemail ana…. thanks tulisannya…

  9. Hejis said

    kiat untuk menjadi penulis hebat

  10. Minta yang baru he he

  11. ..setelah suratmu aku baca kawan, aku pun kembali melanjutkan perjalanan, mencari surat-surat yang tersesat berserakan di sepanjang jalan hidup yang kulewati. kadang aku termangu-mangu membaca surat itu, dan setelahnya aku merasakan setiap jalan yang kulewati penuh warna-warna pelangi…

  12. ya, suratmu sudah kuterima. terima kasih. nanti kubalas jika ada waktu. hehehe.
    salam

  13. suhadinet said

    wah…harus rajin nulis ya Pak, sip lah.. saya mulai ngeblog lagi.

  14. Mas Fik … apa ngak kelamaan postingannya

RSS feed for comments on this post · TrackBack URI

Leave a comment